Skip to main content

Posts

Feel Normal in Bali

 Halo-halo. It's Me. Back to my lovely blog although some people not using blogs this time, I still create some stories in here. Okay, I just go back from my long-long annual leave, 18 days!. Hahahahaha After 1 year, there is nothing like staying at home for real comfort. Nothing is better than going home to family and eating good food and relaxing.  And I went to Bali for a week. But, I really don't' excited. I felt just normal. I saw the surrounding environment and try to enjoy the views of mountains, lakes, temples, and rice fields. This holiday is a kind of distraction to get rid of the tired mind. hhmmm. It's time to sleep and tomorrow will be good for me. Amiin

Mindset of Being A Writer From Raditya Dika

Kemarin saya mendengarkan podcast Raditya Dika tentang menjadi seorang penulis. Raditya Dika adalah salah satu idola saya dalam hal menulis. Ketika saya masih SMP, saya SD, saya membaca blognya http://kambingjantan.com dan ketika saya SMA, saya menonton filmnya Kambing Jantan. Sebagai introverted introvert ketika itu, saya memang lebih suka menyampaikan sesuatu hal melalui tulisan atau chatting. Saya pun membuat blog di tahun 2009 dan sampai sekarang masih suka menulis. Mungkin bisa dibilang, karena menulis saya bisa bekerja di perusahaan sekarang, walaupun saya tidak pernah sekolah komunikasi atau pun kursus menulis. Okay, we are back to his podcast. Menurut Raditya Dika, menulis itu adalah bahan baku dari banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Jika kita ingin menjadi Youtuber, akan lebih  mudah ide-ide konten tersebut ditulis. Dalam film pun, skenario juga harus ditulis. Jadi bisa dibilang menulis itu adalah fondasi utama dari karya kreatif. Menulis itu bukan untuk kita keliat...

Kenapa Kita Harus Jadi Social Media Ambassador di Perusahaan?

Dua tahun belakang, saya mendapatkan tantangan baru bergabung dengan tim Digital Media APRIL, tempat saya bekerja. Namun, pekerjaan sebelumnya sebagai External Communication tetap saya jalankan secara bersamaan. Bergabung di tim digital media merupakan hal yang menarik untuk di kulik. Saya yang dulu tergabung dalam Social Media Ambassador sekarang menjadi bagian dari tim yang mengelola social media perusahaan. Kok ya perlu perusahaan menggunakan karyawan sebagai Ambassador ? Kan bisa membayar para influencer untuk mengkampanyekan perusahaan? Kok karyawan mau sih jadi Ambassador ? Awalnya saya bahkan tidak mengetahui untuk apa sih tugas sebagai Ambassador perusahaan. Posting di social media mengenai perusahaan di akun pribadi apa tidak kehilangan followers? Mengkampanyekan program perusahaan di akun pribadi karyawan apakah mereka efektif untuk membantu branding perusahaan? Dari yang saya lihat, ternyata menjadikan karyawan sebagai  Ambassador perusahaan tidaklah sulit. ...

Jadi Orang Baik

Kita adalah orang baik. Sebuah paradox. Terkadang, orang yang merasa baik adalah orang yang paling sering menyakiti orang lain. Tapi orang yang nyadar, dia bisa berlaku jahat ke orang lain, dia akan berbuat baik kepada orang. Kalimat yang menyatakan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang, karena nantinya orang tersebut akan membalas berbuat baik kepada kita. Terdengar semacam take and give . Kalau di pikir-pikir, sebagai manusia, harusnya kita berbuat baik kepada orang bukan karena ingin diperlakukan baik, tetapi kita melakukan perbuatan baik itu karena itulah yang benar. Tapi... Kita tetap saja sebagai manusia ada aja yang gak sukanya sama orang. Kadang mereka membuat kita sedih, kadang mereka membuat kita kecewa, kadang mereka membuat kita marah. Kalau dipikir-pikir ya, itu adalah yang diluar ekspektasi kita. Kita terlalu berharap orang lain itu berperilaku sesuai dengan yang kita harapkan. Tentu gak bisa dong.

Self-Healing dan Kurangi Perasaan Negatif

Sedikit ringan. Itulah yang saya rasakan beberapa waktu belakangan. Semenjak saya memilih jeda dari rutinitas kerja yang setahun tiada henti, saya akhirnya pulang ke rumah sejenak. Saat itu saya benar-benar dalam keadaan demotivasi dan tidak ada keinginan melakukan apa pun selain kerja, nonton film, tidur atau makan. Rasanya seperti sakit hati, marah, kecewa, sedih. Mungkin kebiasaan ini dianggap malas, tetapi pada saat itu saya benar-benar kehilangan daya dan energi untuk melakukan sesuatu. Andai saja energi itu bisa di refill seperti teh ocha di Sushi Tei, mungkin saya bisa setiap hari me-r efill  nya, tapi sayangnya tidak. Waktu itu saya hanya berkata dalam hati " Time will heal ". Tapi faktanya adalah waktu gak bisa menyembuhkan.  Pada saat melarikan diri itu, saya benar-benar berpikir, kok bisa? Kenapa hal ini tidak bisa pindah dari diri saya? Kenapa saya tidak bisa pindah? Lalu banyak pertanyaan muncul dalam kepala yang bikin pusing mencari jawabannya, sampai ngerasa ...

Kecemasan Finansial

11.49 pm. Jam di laptop saya. Saya hanya membuka email, mengecek satu per satu email masuk, mencari sesuatu hal yang saya butuhkan, kemudian membuka blog ini. Pikiran saya benar-benar lari sana-sini. Memikir usia hampir 30 tahun beberapa tahun lagi, saya memikirkan apa saja yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan. Salah satu yang membuat pusing adalah kecemasan finansial .  Belakangan ini, di media sosial kita mungkin bersliweran informasi tentang how to manage money, right? Itu benar-benar membuat saya berpikir, selama saya kerja 5 tahun lebih, kemana saja uang saya selama ini ? Padahal saya bukan sandwich generation . Kalau dipikir-pikir uang saya pergi menjadi kotoran semua. Atau apa karena terlalu banyak informasi seperti itu membuat saya cemas? Reading some bullshit on the internet, brainwashed?  Benar-benar membuat saya cemas. Ditambah dengan impian saya untuk melanjutkan sekolah di salah satu sekolah paling bagus, menurut saya, dimana biaya per semesternya bi...