Skip to main content

Posts

Kecemasan Finansial

11.49 pm. Jam di laptop saya. Saya hanya membuka email, mengecek satu per satu email masuk, mencari sesuatu hal yang saya butuhkan, kemudian membuka blog ini. Pikiran saya benar-benar lari sana-sini. Memikir usia hampir 30 tahun beberapa tahun lagi, saya memikirkan apa saja yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan. Salah satu yang membuat pusing adalah kecemasan finansial .  Belakangan ini, di media sosial kita mungkin bersliweran informasi tentang how to manage money, right? Itu benar-benar membuat saya berpikir, selama saya kerja 5 tahun lebih, kemana saja uang saya selama ini ? Padahal saya bukan sandwich generation . Kalau dipikir-pikir uang saya pergi menjadi kotoran semua. Atau apa karena terlalu banyak informasi seperti itu membuat saya cemas? Reading some bullshit on the internet, brainwashed?  Benar-benar membuat saya cemas. Ditambah dengan impian saya untuk melanjutkan sekolah di salah satu sekolah paling bagus, menurut saya, dimana biaya per semesternya bi...

It's Not About Me

Beberapa hari yang lalu, saya menonton TED x dimana sang speaker, seorang wasit bernama  Frederik Imbo  membahas bagaimana menjadi orang yang tidak baper alias bawa perasaan. Saya tertarik dengan pembahasan tersebut supaya saya bisa menjadi orang yang don't take things personally. Apapun. Sulit? Tentu saja.  Dalam video tersebut, ia mengatakan bahwa  kita harus santai saja. Jangan terlalu anggap serius perkataan orang, just relax . Mengapa kita harus mengambil hati dari perkataan orang lain kepada kita, mungkin sesuatu yang kurang enak, tapi kenapa kita harus jadi baper? Jika saya merasa sakit hati, tersinggung, merasa dikhianati oleh orang lain, itu hal yang membuat jiwa kita lelah. Kita bisa overthinking di setiap perkataan orang. Dan itu, menguras energi. Energi itu yang harusnya kita gunakan untuk hal yang lebih penting.  Bukankah itu jauh lebih mudah? Strategi yang harus diterapkan adalah dengan berpikir bahwa sesuatu tersebut bukan tentang diri kita. It...

Be A Minimalist

Minimalism : A Documentary About The Important Things. Film dokumenter yang menceritakan tentang gaya hidup minimalis. Film yang dirilis pada tahun 2015 silam ini memaparkan dasar-dasar dan manfaat dari gaya hidup minimalis. Film ini menjelaskan bawa gaya hidup minimalis adalah mengkomsumsi hal-hal yang wajib dan bernilai dalam hidup kita, membeli barang-barang yang benar-benar kita butuhkan. Intinya, kita hanya mengkomsumsi hal-hal yang bernilai dalam kehidupan kita.  Film yang dirilis tahun 2015 ini sudah saya tonton beberapa kali karena saya tertarik untuk menerapkan hidup minimalis tersebut. Akhirnya, hampir 1,5 tahun saya menerapkan hidup minimalis. Sulit? Tentu saja. Dulu sekali, saya banyak membeli barang-barang yang tidak saya butuhkan. Tapi, sekarang mulai berangsur-angsur meninggalkan kebiasaan tersebut. Bahkan, sudah 1 tahun lebih saya tidak membeli pakaian. Karena saya mulai berpikir untuk memakai barang yang masih bagus dan tidak menumpuk barang di kamar. S aya juga su...

Work Life Integration

Bulan Maret 2020, sejarah untuk Work From Home di mulai. Kita mulai menyadari bahwa ada realitas yang berubah, yaitu ternyata keberadaan di kantor tidak terlalu penting. Kita tidak sungkan untuk menonton Netflix atau bermain game saat bekerja karena bekerja dari rumah. Mungkin hidup setelah COVID-19 tidak akan pernah sama. Selama pandemic kita bekerja melalui aplikasi zoom call atau sejenisnya yang terkadang ada gangguan-gangguan kecil seperti ada suara motor, anak menangis atau anak muncul di depan layar zoom. Rekan kerja atau atasan kita tidak akan menilai kita tidak professional, tetapi hal tersebut biasa dan bisa terjadi bagi siapa saja yang bekerja di rumah.  Sekarang kita mulai terbiasa bekerja di tempat umum, di rumah teman, di kosan teman dan dimanapun yang kita mau. Tidak perlu kita harus izin atau harus menunggu jam pulang kantor untuk bertemu keluarga atau teman kepada atasan kita, asalkan pekerjaan kita selesai. Work Life Balance mungkin bergeser menjadi work-life-integ...

Lakukan Ini Setiap Hari Bersama Pacar

Kata cinta mungkin muncul di benak saat ini. Kegembiraan, harapan, kepercayaan dan keamanan. Terkadang kesedihan dan kekecewaan juga muncul diantara itu. Mungkin tidak ada kamus yang bisa membuat kita terhubung daripada kata cinta. Kita pun gak pernah diajarin bagaimana cara mencintai. Membangun persahabatan, pacaran, menikah, punya anak. Dengan harapan kita semua tahu bagaimana mencintai. Tapi, pada kenyataannya kita sering menyakiti dan gak menghormati orang yang kita cintai, seperti menyalahkan teman yang menghabiskan waktu kita, membaca pesan Whatsapp pacar atau mempermalukan seseorang di depan umum. Mungkin kita berada hubungan yang sehat atau gak sehat. Ya, benar, itu merupakan bagian dari menjadi manusia. Hampir semua orang memulai suatu hubungan dengan perasaan yang menyenangkan dan menggembirakan. Kasih sayang dan emosi. Biasanya setiap hubungan yang baru membuat kita sering menghabiskan waktu bersama, mudah melewatkan banyak hal. Diri merasa sangat beruntung, seperti keti...

Cara Belanja Gen Z

Beberapa waktu belakangan, saya mendownload TikTok untuk menghapus dahaga penasaran saya terhadap platform yang katanya banyak dibenci oleh generasi saya, generasi Z. Awalnya, saya memang kurang tertarik bermain TikTok yang 'katanya' berisikan prang berjoget-joget. Namun, ternyata anggapan itu tidak benar, paling benar ! Tapi, tergantung awalnya kita interest kemana dan di timeline kita akan muncul video-video yang kita sukai. Nah, di timeline saya yang tidak banyak orang joget-joget, ternyata banyak anak usia sekolah, kuliah, ya bisa dibilang generasi Z sering posting barang yang mereka beli. Ternyata setelah saya perhatikan, ada perbedaan dengan generasi saya, sebagai generasi millenial dalam berbelanja. Adanya pergeseran nilai. Mereka lebih terfokus pada nilai. mereka melihat suatu produk tersebut dan benar-benar memahami siapa pembuatnya, bahan bakunya berasal darimana, apa misi dari produk tersebut dan hal-hal lainnya. Ya, sepertinya mereka melakukan sesuatu lebih jauh da...

Half A Year in 2020

Udah bulan Juli 2020 aja. Gila ya. Udah setengah tahun berlalu nih kehidupan di tahun 2020.  Ngapain aja di 2020? Ya, tetap menjadi budak korporat dengan gaji Alhamdulillah pas-pasan, pas-pas bisa makan, pas-pas bisa beli skin care murah, pas-pasan bisa beli tiket Air Asia ke Malaysia, pas-pas bisa ikut ibadah qurban setiap tahun. Alhamdulillah. Konon, kata Ustad, orang yang sering bersyukur InsyaAllah rezekinya akan bertambah, Amiin. Terus ngapain aja di tahun 2020? Ya banyak. Some I can't say. Ya menikmati kelas online. Selama Karantina setelah dari China kemarin, saya ikut kursus The Fundamental of Digital Marketing dari Google, Alhamdulillah sudah lulus dan dapat sertifikatnya. Ini kursus gratis. Rekan-rekan terkasih bisa coba di Google Digital Garage. Selain itu, saya juga ikutan kelas-kelas online seperti Politik dan Sosial, sebagai bentuk kerinduan saya dengan kuliah dan membahas teori-teori berat.  Jujur, saya rindu...