Skip to main content

Posts

Half A Year in 2020

Udah bulan Juli 2020 aja. Gila ya. Udah setengah tahun berlalu nih kehidupan di tahun 2020.  Ngapain aja di 2020? Ya, tetap menjadi budak korporat dengan gaji Alhamdulillah pas-pasan, pas-pas bisa makan, pas-pas bisa beli skin care murah, pas-pasan bisa beli tiket Air Asia ke Malaysia, pas-pas bisa ikut ibadah qurban setiap tahun. Alhamdulillah. Konon, kata Ustad, orang yang sering bersyukur InsyaAllah rezekinya akan bertambah, Amiin. Terus ngapain aja di tahun 2020? Ya banyak. Some I can't say. Ya menikmati kelas online. Selama Karantina setelah dari China kemarin, saya ikut kursus The Fundamental of Digital Marketing dari Google, Alhamdulillah sudah lulus dan dapat sertifikatnya. Ini kursus gratis. Rekan-rekan terkasih bisa coba di Google Digital Garage. Selain itu, saya juga ikutan kelas-kelas online seperti Politik dan Sosial, sebagai bentuk kerinduan saya dengan kuliah dan membahas teori-teori berat.  Jujur, saya rindu...

Fleksibel, Gesit, Inovatif, Penghematan

Hampir tiga bulan kita semua berperang secara tidak langsung dengan COVID-19 ini. Beberapa kali saya dan teman-teman ngobrol secara virtual. Mereka ada yang seperti saya, bekerja di kantor, ada yang dari rumah atau Work From Home (WFH), bahkan memang sudah ada remote working jauh sebelum COVID-19. Memang perubahan besar dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Ngobrol ngalor-ngidul pakai zoom, dari bahas ekonomi, politik, drama Korea, sampai meributkan masalah hampers dan parcel.  pic from Pinterest Saya mendengarkan pengalaman mereka bekerja. Jadi selama WFH, mereka harus fleksibel, gesit, inovatif dan menghemat anggaran . Misalnya, meeting menggunakan aplikasi zoom , google meet . Biasanya mereka meeting di cafe atau di kantor, sekarang hanya di kamar dan bisa bertemu banyak orang, dan tentu saja bekerja dilakukan dari jarak yang jauh. Saya yang bekerja tidak WFH dan masih datang ke kantor pun demikian. Grup kerja saya dibagi menjadi A dan B. Ada yang tetap d...

Be A Volunteer to Shanghai, Cina

Sore itu, Rabu, tanggal 8 April 2020 telepon saya berdering. Ternyata Pak Agung Laksamana, Corporate Affairs Director APRIL. Beliau menelpon untuk menawari saya sebuah misi kemanusiaan, menjemput Alat Pelindung Diri (APD) langsung ke Shanghai, Tiongkok bersama tim Tanoto Foundation dan RGE, bang Fembiarta dan bang Yosea. Tanoto Foundation bukan nama baru ditelinga saya, saat kuliah dulu, saya disupport oleh yayasan ini hingga lulus. Saya pun tanpa pikir panjang, langsung menyanggupi untuk berangkat pada esok hari, Kamis 9 APRIL 2020 ke Jakarta. Saat hampir semua orang ketakutan, menarik diri, dan menghindari kemungkinan terpapar virus Covid-19. Saya enggan menyerah dari penyakit itu, yang bisa jadi diturunkan Tuhan untuk menguji nilai-nilai kemanusiaan kita. Dari kiri ke kanan : Bang Yosea, Bang Fembiarta dan saya saat sebelum kebrangkatan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Senin (13/04/20) Saat itu saya berada di Pangkalan Kerinci, operasional PT RAPP tempat sa...

Ketika Corona Buat Kita Jadi Nothing

Virus Korona Corona Virus COVID-19 Berasal dari China, Wuhan Kemudian menyebar ke dunia berbagai belahan Korban mulai banyak berjatuhan Banyak orang mengalami kerugian Apakah ini hukuman? Corona beri kita secercah harapan Memberi kita alasan Untuk hidup setidaknya satu siang kedepan Tapi kita berdoa saja harusnya kita hidup ratusan bulan ke depan Kita mulai kerja dirumah Karena virus ini tidak ramah Sudah menjadi wabah Kita harus tabah Corona ini musuh tak terlihat Sekarang kita hanya bisa jaga diri agar selamat Jangan nongkrong di berbagai tempat Berhenti keluar rumah jika tidak perlu amat

Kobe, Media Sosial dan Sosiologi

2020 ngapain?  Yap. Pagi-pagi ada kabar duka, Kobe Bryant dan anaknya Gigi tewas dalam kecelakaan helikopter. 😭 Oke saya gak mau bahas ini. Terlalu sedih. 2020? Lagi seneng ngulik media sosial nih, dari trend sampe kenapa banyak gen z ninggalin instagram, lalu kok story intagram isinya TikTok? Masih ingat Bowo anak TikTok? Apa sih goyang-goyang gitu? Alay. Tapi sekarang, banyak dari kita punya TikTok. Generasi Z sekarang kayaknya udah pada pake TikTok. Menurut saya, dulu aplikasi ini buat goyang, tapi setelah saya download, ternyata ada hal yang bermanfat, tergantung kita pilih interest kita apa. Kalau saya comedy dan science. Jadi gak banyak muncul orang goyang jari atau joget-joget. TikTok sendiri nampilin kesenangan dan kreatifitas. Anak generasi z udah pindah dari instagram aesthetic ke TikTok, apa mereka bosan? Oh ya, TikTok gak ada orang tua. Jadi seru. 2020 ngapain? Ngulik-ngulik di google kenapa sih orang-orang pada ribut " Instagram ...

Usai di Sini

Saya bahkan gak terlalu menyukai lagu Raisa. Tapi setelah didengerin lagu Usai Sudah-nya Raisa. Dalam sekali makna lagu ini, liriknya bikin galau sekali.  Lagu ini menceritakan sesuatu. Manusiawilah untuk memperjuangkan sesuatu. Kadang juga harus berani juga, bijaksana untuk tahu batasnya, kita mengusahakan sesuatu dan memaksakan sesuatu. Kalau memaksakan sesuatu itu, kadang harus step back melihat dan berani bilang kalau kita saling menyakiti. Yang indah-indah jadi pahit-pahit, lebih baik usai di sini. Seperti seseorang yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Walaupun berat, dia sudah memilih untuk melanjutkan hidupnya daripada bertambah sakit hati. Lagu menyiratkan bahwa seseorang  pernah berada dikondisi yang dilematis.  Ingin mempertahankannya, tapi sudah terlalu banyak mengorbankan perasaan. Ingin mengakhirinya, tapi masih menyimpan rasa sayang untuk kekasih. Semua jadi serba membingungkan. Dari lagu ini seseorang yang terlihat te...

Real Life

Saya bukan tempat teman-teman saya bercerita banyak hal. Saya juga kurang tahu pasti mengapa. Apa muka saya flat atau gimana saya engga tahu. Biasanya mereka hanya datang saat mereka lagi butuh, lagi pengen didengar, lagi bete atau gak ada teman yang mau main sama mereka. Saya jadi pilihan terakhir. Kalau dipikir kembali, teman saya pun enggak sedikit. Hanya saja, saya pilih-pilih dalam berteman. Ya memang, bagi saya, terlalu banyak circle akan membuat saya lelah. Saya harus sendiri untuk charger kembali jiwa saya yang lelah. Enggak apa-apa. Saya menerima mereka. Saya bakal bantu kalau mereka lagi butuh bantuan. Ketika bercerita saya hanya menimpali sesekali. Enggak banyak. Saya pikir kadang orang hanya butuh mencari pendengar, bukan seperti guru yang harus memberi masukan. Kalau pun mereka sedang bercerita, kebanyakan gosip atau keluh kesah mereka di dalam kehidupan pekerjaan, personal atau lainnya. Ya, namanya millenial sedang berada...