Skip to main content

Posts

Mau Jadi bahan Baper Atau Belajar ?

Ah, masak saya begitu? Padahal kan saya udah begini, udah begitu. Udah Ngelakuin sesuai permintaan. Masih aja dikomen. Sedikit banyak orang yang dewasa menerima masukan atau feedback atau kritikan. Kebanyakan senang dipuji. Ada yang bilang "Banyak nyamuk mati karena pujian". Dalam hidup harus ada kritik . Kenapa? Bisa jadi lebih baik lagi. Setiap apa yang kita kerjakan, harus ada feedback s upaya nanti jangan ada perasaan jumawa, santai dan merasa aman terus. Padahal kalau mau aktif cari feedback , outputnya bakal lebih maksimal. Menerima feedback ( and deciding what to do next ) memang membuat deg-degan, badmood bahkan down parah. Tapi kembali lagi ke mentality kita terhadap feedback itu sendiri. Mau dimasukkan ke hati dan jadi bahan baper atau dipakai untuk bahan belajar. Nah, sekarang gimana cara menyampaikan feedback . Menurut saya sampein dengan sopan. Misalnya "bagus gambarnya, tapi coba deh warnanya yang dipake biru, kayaknya leb...

Cara Mengatasi Ketidaknyamanan

Saya ingin menulis tentang ketidaknyamanan. Sumber ketidaknyaman itu beragam. Ketidaknyamanan membuat tidak ada dialog yang jujur sehingga semua tidak bisa berjalan baik. Terkadang sumber ketidaknyaman itu dari hal-hal yang sensitif dan pribadi. Beban pribadi dan profesional menumpuk, bisa jadi tidak nyaman. Kebanyakan generasi muda sekarang menganut budaya mempermalukan orang lain di depan khalayak netizen atau paling tidak WA grup, dibandingkan dengan berbicara langsung kepada orang terkait. Lebih sulit lagi, bagi pemegang jabatan. Curhat di sosial media atau menegur dengan di sebuah WA grup itu juga tidak baik. Tuhan aja tidak broadcast kesalahan manusia. Masalah lebih serius adalah tentang pengabaian, perasaan diabaikan. Saya pikir sebagai pemimpin pada level apapun, kita harus memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan sama untuk bersinar dan tumbuh. Terkadang ada favoritisme tak disengaja karena kenyaman bekerja dengan seseorang. Tidak ada pelajaran yang ...

PUASA SOCIAL MEDIA

Perbincangan antara dua manusia : 👧 : Aku kok ngerasa susah fokus, susah tidur, sering cemas, ya? 👦 : Lha? kok bisa? Emang lagi banyak kerjaan? 👧 : Engga sibuk-sibuk amat kok. Kenapa ya? apa harus ke rumah sakit? tapi aku gak sakit apa-apa. 👦 : hhhmmm. Atau keseringan lembur kali. Coba kurangi lembur. Gak ada orang kaya karena lembur. 👧 : Ya gimana, namanya juga kerja.  👦 : Belakangan aku sering lihat socmed kamu update terus. Kenapa? Lagi stress ya? 👧 : Mungkin. Tapi aku ngerasa makanku mulai banyak dan dalam 3 minggu naik sekilo. Aneh. 👦 : Nah, berarti kamu stress. Ya namanya juga kerja pasti ada stressnya. Kalau lagi stress, cerita, jangan dipendam. Itu bahaya, nanti kamu mati ! Minimal nanti kamu gila, mau? Coba deh relaksasi. Luangkan waktu buat diri sendiri, baca Al Quran, lakuin hobi, santai gitu.  👧 : Kan udah cuti 2 minggu lalu. Tapi masih aja kayak gitu. 👦 : Atau kebanyakan main hp kali. Main sosmed.  👧 : Kayaknya iya sih. Ser...

Brexit dan Kembali ke Awal

Halo. Lagi menunggu hujan reda. Sudah lebih 3 jam. Scrolling handphone , baca-baca artikel lalu mati gaya. Oh iya, berita menarik hari ini terpilihnya Boris Johnson, Brexiteer dan mantan walikota London. Apakah dia mampu membawa Inggris keluar dari UE? Mari lihat saja nanti. Bingung mau ngapain lagi, tapi gak mau ngobrol sama orang, lagi flu berat. Hachim. Hachim. Well, sepanjang hari ini saya  mendengarkan lagu dari OST Twivortiare. Kembali ke Awal yang dinyanyiin sama Glenn Fredly, salah satu penyanyi favorit saya. So deep . Kalau gak salah, saya pernah beli novelnya Ika Natasha yang gambarnya lambang twitter itu kan, ya?. Tahun lalu saya beli dan belum sempat (belum ada niat) untuk baca. Jangan ditiru ya. Lagu ini ngomongin tentang hubungan yang kalau dilanjutin ayo, udahan ayo juga. Malas chat tapi kangen. Ketemu tapi sibuk main handphone. Dieman tapi ga marahan. Gak ngabarin berminggu-minggu lalu tiba-tiba ngajak jalan tanpa rasa bersalah. Hubungan yang su...

Menjadi Dewa..sa?

Umur baru. Semakin ke sini berpikir tentang rencana ke depan. Sudah mulai kurang bersemangat untuk berkumpul ramai-ramai seperti dulu, nongkrong haha hihi. Lebih memilih nongkrong untuk lebih perluasan pergaulan, sama temen lama atau hal yang gak bikin berat. Makin ke sini semakin kecil circle pertemanan. Mulai berpikir bahwa tidak ingin kehidupan pribadi di sosial media. Kita berteman dengan siapa, nongkrong dengan siapa, pacaran dengan siapa, cukuplah kita saja yang tahu.  Apa itu dewasa? Mungkin. Kadang memang, kejutan Tuhan memang bisa mengalahkan penelitian secanggih apapun di muka bumi. Banyak hal yang terjadi beberapa bulan belakangan, yang tidak bisa saya prediksikan sebelumnya. Bahkan, tidak pernah bisa saya prediksikan.  Tapi, seperti banyak orang bilang, life must go on. Jalani saya, terus berdoa yang terbaik, terus bersyukur dan jangan lupa bersenang-senang. Tiba-tiba diingatkan kembali lagu 9 tahun lalu Adhitia Sofyan -  Number One. Lagu yang enak...

Tidak Perlu Lagu Adhitia Sofyan

Selalu ada masa-masa seperti ini. Saat Jakarta menjelma rindu yang pelik. Ketika bangun pagi dengan alarm yang bertubi-tubi, membuat saya mengingat hari-hari bekerja di Jakarta. setelah dua bulan di sana, entah bagaimana memberi saya nostagi tentang Jakarta. Banyak hal yang saya dapatkan, dari menambah ilmu terkait pekerjaan, bagaimana orang-orang bekerja, bagaimana melihat masyarakat yang tidak itu-itu saja.  Awal-awal bekerja saya tidak ingin bekerja di Jakarta karena kehidupan yang crowded. Namun, setelah mencobanya, ternyata tidak buruk juga. Tergantung bagaimana kita mengaturnya. Work Life Balance !. Tidak banyak hal yang dapat ditulis. Suatu saat saya akan kembali ke sana untuk bekerja. **** Yang lalu datang, tak perlu cemas. Karena ia sudah datang berkali-kali dan semua toh baik-baik saja. Justru, semua itu tanda yang asyik bahwa kita telah melalui waktu-waktu yang berharga. Senang dan sedih itu niscaya, berharga itu soal memilih.

Jakarta dan Bajaj

Saya masih ingat, seorang teman sewaktu di Gonz pernah berkata : "Buset, Gue kaya diperkosa Jakarta" Walaupun dia belum pernah diperkosa.  Baginya, kereta seperti kaleng sarden yang terombang-ambing. daging-daging menempel dan menghimpit. Hanya sedikit celah untuk mengambil udara, mustahil untuk bergerak, sulit mengubah posisi tangan.  Macet di Jakarta akibat sudah terlalu banyak manusia. Tanpa pemindahan atau pembasmian manusia, mustahil mengentaskan kemacetan. Sistem transportasi canggih, sulap Demian Aditya, atau petuah Anies Baswedan tak akan mampu menghabisi macet ibu kota. Sebulan sudah saya hidup di Jakarta menjalani Employee Exchange Program. Namun, beruntungnya saya, setiap hari berjalan kaki, tidak naik komuter, taksi, atau kendaraan lainnya ke kantor. Berbeda dengan sebelumnya, kemana-mana diantar atau naik kendaraan sendiri. Saya paling tidak suka jalan kaki !!!! hahahaha. Tapi, d engan berjalan kaki, sekitar 10 menit, saya sampai di kantor dengan ba...