Skip to main content

Posts

Ilmu Bodo Amat itu Perlu

Sudah terlalu lama saya tidak mengisi kekosongan blog saya dengan cerita sehari-hari yang tidak penting.hahahaha. Memang beberapa minggu belakangan saya 'sibuk' dengan 'pekerjaan', dengan 'perasaan', dengan 'pergaulan'. Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis di sini. Hanya sekedar mengingatkan saya 'oh saya pernah seperti ini'. Dan jika hal bodoh terjadi, saya bisa memperbaikinya. Saya ingin bercerita mengenai pemikiran manusia secara umum. Kita sering terpengaruh oleh opini orang lain. Salah siapa? Salah kita sendiri.  Dalam hidup ini kita sendiri yang mengatur pikiran sendiri dan kita pun tidak bisa mengatur pikiran orang lain. Kadang kita terlalu sibuk dengan penilaian orang terhadap kita.  Namanya subjektif ya, mereka bisa menilai sesuka hati mereka. Dan itu diluar kuasa kita. Ternyata aura negatif itu menular dan membuat tidak nyaman. Saya sering mencoba untuk defence dengan ini. Tapi lebih sering kalah. Setelah berpikir...

Berdialog, Berkomunikasi dan Bersilaturahmi

Selama Ramadan tahun ini saya sering ikut dalam kegiatan Safari. Berkunjung ke wilayah-wilayah yang ada di Riau. Banyak hal yang saya pelajari. Momentum bulan Ramadan sangat tepat untuk menjalin silahturahmi kepada semua pihak. Apalagi dalam pelaksanaan ibadah-ibadah di bulan Ramadan yang banyak bersifat kolektif, seperti kegiatan berbuka atau shalat tarawih sehingga memudahkan untuk berkomunikasi secara lebih massif, efektif dan efisien. Ramadan adalah saat yang tepat untuk melakukan safari, yakni perjalanan untuk berdialog, berkomunikasi dan bersilahturahim dengan masyarakat. Menjalin silahturahim di bulan yang penuh berkah ini secara tidak langsung memperkuat persatuan dan kebersamaan. Tradisi safari Ramadan ini rutin dilakukan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) setiap tahunnya karena memiliki efek yang sangat konstruktif, yakni sesuai dengan salah satu prinsip perusahaan yakni baik untuk masyarakat ( community ). Selama Ramadan ini, perusahaan tempat saya bekerja...

Seperti Kata Tulus

Sedang tidak bersemangat. Sampai tak bisa tidur. Tiba-tiba teringat dengan keluhan-keluhan yang terucap di dalam mulut. Bukan tidak bersyukur, tapi kesal dengan sesuatu yang harusnya bisa mengeluarkan ide dan pendapat tapi terpaksa tidak dikeluarkan demi menghindari perdebatan panjang. Entah berapa lama akan bertahan di posisi itu. Jujur, rasanya ingin pindah ke tempat lain. Tapi pikiran-pikiran menganggu seperti "apakah saya bisa survive? Apakah saya bisa cemerlang?" selal membuat ragu. Tida betah. Perlakuan-perlakuan yang yang dirasa tidak patut semakin hari membuat hari menjadi kelam. Memikirkan hal itu membuang waktu. Tapi fikiran itu selalu muncul. Rasanya rugi memikirkan hanya 1 debu dan kerikil.Kerikil yang kecil, tapi menyakitkan. Selali membahas hal yang sama. Padahal masih banyak hal-hal baik yang harusnya dibicarakan. Jangan terpancing dan terpengaruh orang lain. Jangan larut dalam kebencian dan luka hati. Tolong bangkit. Please. Be...

Menikah itu Tak Bercanda

Seminggu yang lalu, saya melarikan diri sejenak di sebuah kota yang selalu membuat saya rindu, Bandung. Bukan untuk tinggal, tapi untuk menyegarkan pikiran yang sudah kusut dalam dunia perburuhan sekaligus langsung menyampaikan ucapan selamat menikah kepada teman saya @aisyahcha2. Di sini pun saya selalu bertemu teman lama dan teman baru. Di hari terakhir, saya bertemu kembali dengan temannya @yanimikhoe, @prinzessiny di bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai. Pembicaraan begitu berat untuk saya, menikah. Tapi saya merasa sudah banyak teman yang menikah dan punya anak sekaligus rata-rata mereka seumuran dengan saya. Mereka juga kerap meng-upload di media sosial perkembangan anak mereka. Saya berpikir, apakah memang diumur yang sekarang seperti itu? Apakah saya sudah tua? Terlalu banyak pertimbangan untuk menikah. Menikah muda tidak buruk, asalkan yang menikah sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab. Apakah sudah dewasa? Apakah sudah bisa bertanggung jawab untuk hidup den...

Dia juga Kartini

Peralatan operasional yang sangat dibutuhkan di bidang perindustrian dalam kegiatan pengangkutan, pengangkatan serta pemindahan  barang  berkapasitas besar yang biasa disebut forklift, biasanya dioperasikan oleh seorang pria. Namun, jika dikendarai oleh seorang perempuan, tentu tidak biasa. Kendaraan itulah yang dikendarai oleh Lita Syafriana (22). Bukan tanpa alasan ia memilih untuk mengendarai kendaraan yang harusnya dikendarai oleh laki-laki. Ia memilih bekerja sebagai pengemudi forklift demi membantu perekonomian keluarganya. Anak kedua dari lima orang bersaudara ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat. Bersama kakaknya yang bekerja sebagai penjaga kebun, Lita membantu ibunya untuk membiayai dua orang adiknya yang masih bersekolah. "Saya harus membantu ibu saya untuk menghidupi keluarga ini. Saya bersyukur mendapatkan peluang dan kesempatan dari PT RAPP (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Meski saya perempuan, mereka percaya saya bisa melakukan pe...

Lima Cara Yang Harus Diingat Saat Bermedia Sosial

Saat ini kegandrungan untuk bermain di dunia maya sedang melanda kita semua. Bukan hanya anak kecil, tetapi ‘sindrome’ tersebut juga melanda orang dewasa. Banyak sekali manfaat dari menggunakan media sosial, tetapi banyak juga hal-hal yang merugikan anda. Tidak semua hal yang anda dapat bagikan ke media sosial. Tak ada salahnya menunda atau berpikir ulang sebelum mengunggah sesuatu di media sosial. Akun Facebook , twitter , instagram atau platform media soial lain memang milik anda, tetapi media sosial adalah ranah publik. Salah memposting sesuatu, buntutnya tak hanya merugikan anda, tetapi juga orang lain. Sebab, saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jadi ada hal-hal yang perlu lebih diwaspadai sebagai pengguna aktif media sosial. Cara bijak menggunakan Media Sosial : Pastikan konten yang disebarkan adalah benar dan bermanfaat. Jika konten tersebut akan merugikan pihak lain, sebaiknya urungkan...

Sukanto Tanoto Bisa, Saya Juga Harus Bisa

Rahmadi dan Rektor INSTIPER, Dr Purwadi  Keterbatasan tak menyurutkan pemuda asal Desa Ranah Singkuang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ini. Sejak duduk di Madrasah Aliyah (MA) ia selalu mendapatkan beasiswa. Berbekal niat yang ingin bersekolah tinggi, ketekunan dan dukungan dari orangtua, Rahmadi (23) berhasil memperoleh beasiswa hingga ke jenjang sarjana. Kesempatan itu ia usahakan dengan maksimal. Sebab, tidak semua orang memiliki nasib yang sama dengannya sehingga ia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh. Hasilnya, Rahmadi lulus dengan IPK 3,97 dan menjadi yang terbaik pada Wisuda Sarjana Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta ke 69 dan Pascasarjana ke 15. Perjuangan memperoleh beasiswa itu dimulai ketika ia mendapat beasiswa dari perusahaan pulp dan kertas di Pangkalan Kerinci,PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) saat masih bersekolah di kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Pengawasan, Kampar. Ia mendapatkan informasi dari Desa n...