Skip to main content

Posts

Menikah itu Tak Bercanda

Seminggu yang lalu, saya melarikan diri sejenak di sebuah kota yang selalu membuat saya rindu, Bandung. Bukan untuk tinggal, tapi untuk menyegarkan pikiran yang sudah kusut dalam dunia perburuhan sekaligus langsung menyampaikan ucapan selamat menikah kepada teman saya @aisyahcha2. Di sini pun saya selalu bertemu teman lama dan teman baru. Di hari terakhir, saya bertemu kembali dengan temannya @yanimikhoe, @prinzessiny di bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai. Pembicaraan begitu berat untuk saya, menikah. Tapi saya merasa sudah banyak teman yang menikah dan punya anak sekaligus rata-rata mereka seumuran dengan saya. Mereka juga kerap meng-upload di media sosial perkembangan anak mereka. Saya berpikir, apakah memang diumur yang sekarang seperti itu? Apakah saya sudah tua? Terlalu banyak pertimbangan untuk menikah. Menikah muda tidak buruk, asalkan yang menikah sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab. Apakah sudah dewasa? Apakah sudah bisa bertanggung jawab untuk hidup den...

Dia juga Kartini

Peralatan operasional yang sangat dibutuhkan di bidang perindustrian dalam kegiatan pengangkutan, pengangkatan serta pemindahan  barang  berkapasitas besar yang biasa disebut forklift, biasanya dioperasikan oleh seorang pria. Namun, jika dikendarai oleh seorang perempuan, tentu tidak biasa. Kendaraan itulah yang dikendarai oleh Lita Syafriana (22). Bukan tanpa alasan ia memilih untuk mengendarai kendaraan yang harusnya dikendarai oleh laki-laki. Ia memilih bekerja sebagai pengemudi forklift demi membantu perekonomian keluarganya. Anak kedua dari lima orang bersaudara ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat. Bersama kakaknya yang bekerja sebagai penjaga kebun, Lita membantu ibunya untuk membiayai dua orang adiknya yang masih bersekolah. "Saya harus membantu ibu saya untuk menghidupi keluarga ini. Saya bersyukur mendapatkan peluang dan kesempatan dari PT RAPP (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Meski saya perempuan, mereka percaya saya bisa melakukan pe...

Lima Cara Yang Harus Diingat Saat Bermedia Sosial

Saat ini kegandrungan untuk bermain di dunia maya sedang melanda kita semua. Bukan hanya anak kecil, tetapi ‘sindrome’ tersebut juga melanda orang dewasa. Banyak sekali manfaat dari menggunakan media sosial, tetapi banyak juga hal-hal yang merugikan anda. Tidak semua hal yang anda dapat bagikan ke media sosial. Tak ada salahnya menunda atau berpikir ulang sebelum mengunggah sesuatu di media sosial. Akun Facebook , twitter , instagram atau platform media soial lain memang milik anda, tetapi media sosial adalah ranah publik. Salah memposting sesuatu, buntutnya tak hanya merugikan anda, tetapi juga orang lain. Sebab, saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jadi ada hal-hal yang perlu lebih diwaspadai sebagai pengguna aktif media sosial. Cara bijak menggunakan Media Sosial : Pastikan konten yang disebarkan adalah benar dan bermanfaat. Jika konten tersebut akan merugikan pihak lain, sebaiknya urungkan...

Sukanto Tanoto Bisa, Saya Juga Harus Bisa

Rahmadi dan Rektor INSTIPER, Dr Purwadi  Keterbatasan tak menyurutkan pemuda asal Desa Ranah Singkuang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ini. Sejak duduk di Madrasah Aliyah (MA) ia selalu mendapatkan beasiswa. Berbekal niat yang ingin bersekolah tinggi, ketekunan dan dukungan dari orangtua, Rahmadi (23) berhasil memperoleh beasiswa hingga ke jenjang sarjana. Kesempatan itu ia usahakan dengan maksimal. Sebab, tidak semua orang memiliki nasib yang sama dengannya sehingga ia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh. Hasilnya, Rahmadi lulus dengan IPK 3,97 dan menjadi yang terbaik pada Wisuda Sarjana Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta ke 69 dan Pascasarjana ke 15. Perjuangan memperoleh beasiswa itu dimulai ketika ia mendapat beasiswa dari perusahaan pulp dan kertas di Pangkalan Kerinci,PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) saat masih bersekolah di kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Pengawasan, Kampar. Ia mendapatkan informasi dari Desa n...

Tetap Berusaha Walaupun Diremehkan

   B eberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang manajer perempuan di tempat saya bekerja. Ia tidak kalah dengan dengan laki-laki di tempat tersebut. Bahkan, saat ini ia  membawahi 220 tenaga kerja staff dan non staff. Luar biasa bukan. Perempuan lulusan Fakultas Kehutanan IPB ini, memulai karirnya di PT RAPP sebagai seorang mandor di Baserah Central Nursery  pada tahun 2005 silam untuk posisi  Assitant Trainee . Padahal, semua orang yang ada di satu angkatannya tersebut diangkat menjadi Assitant Trainee .   Walaupun demikian, ia tidak berkecil  hati dan terus mencoba serta bekerja sesuai jabatan yang diamanatkan kepadanya dengan ikhlas. Pekerjaan  Kristine Harpeni Sitompul  ini kerap diremehkan para laki-laki, tetapi tak membuat Kristine menyerah. Hampir dua tahun menjalani profesi sebagai mandor, Kristine kembali mendapatkan kesempatan untuk bergabung sebagai   Asisstant Trainee . Tak lama berselang, kerja kerasnya ...

Kisah Pemuda Riau yang Jaga Desa Bebas dari Api

Mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk mengedukasi jika membuka lahan dengan bakar itu berbahaya .  Seperti kisah seorang pemuda dari Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Zuriadi (32) buktinya.  Sebagai Crew Leader atau koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran di desa melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program , Zuriadi setiap hari mendatangi berbagai lapisan masyarakat di desanya untuk memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menjaga lahannya. Ia mengatakan sosialisasi yang ia lakukan tidaklah sekali dua kali, tetapi berulang-ulang agar masyarakat paham membakar lahan itu tidak baik untuk kesehatan dan menggangu kegiatan sehari-hari mereka. Berbagai penolakan saat sosialisasi pun ia dapatkan. Beberapa masyarakat ada yang menolak dengan mengatakan sejak dulu mereka membuka lahan dengan membak...

Rasa Syukur yang Dibawa Dunia Akhirat

Sudah dua tahun Wan Bulan (65) tidak bisa mencari ikan di Sungai Kampar , Kabupaten Pelalawan . Saat ini ia hidup dari bantuan para tetangga yang peduli padanya. Ada saja tetangga yang memberikan kebutuhann pokok seperti beras, lauk pauk kepadanya setiap hari. Pemberian tersebut tidak sendiri ia nikmati, tetapi bersama satu anaknya yang sedang sakit dan dua cucunya yang masih kecil. Kediamannya pun jauh dari kata nyaman. Ia hanya hidup di rumah panggung yang tak layak disebut rumah. Pintu rumah Nek Bulan, sapaan akrabnya hanya terbuat dari kain goni bekas. Setiap malam, jika angin kencang, ia merasakan dingin hingga mencapai ke tulangnya yang sudah tua. Jembatan menuju rumahnya pun berbahaya, hanya beberapa kayu yang disusun jarang dapat membuatnya terjatuh jika tak hati-hati. Ia memiliki impian dapat tinggal di rumah yang layak dan membuatnya nyaman. Ia pun mendatangi Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Amirul Mukmini...