Skip to main content

Posts

Menikmati Kamu

1 Desember 2016. Sekarang saya sedang berada di kota kembang, Bandung . Rasanya tidak ingin pulang. Memang ini bukan yang pertama kali, kali ini berbeda karena sudah bekerja mungkin ya. Hahahaha. Entah kenapa saya tidak ingin pulang dan kembali bekerja. Bandung. Saya suka kota ini karena lumayan sejuk dari Pangkalan Kerinci atau Pekanbaru. Tetapi saya tidak ingin tinggal disini, ramai dan jalanan sempit. Saya hanya ingin menikmati Bandung dan bercengkrama dengan orang terkasih. Tidak dengan hiruk pikuknya. Menikmati obrolan santai. Menikmati bangunan-bangunan tua yang keren-keren. Menikmati kamu (?). Sesederhana itu.

Kegairahan Baca Buku

Sekarang saya merindukan bagaimana Raditya Dika mengocok perut saya ketika masa sekolah. Saya rindu bagaimana Coelho membuat bingung kemudian memotivasi hidup. Saya rindu bagaimana Murakami menemani kesendirian saya. Tiga penulis itu adalah penulis favorit saya. Diusia remaja saya gemar membaca Raditya Dika. Namun sekarang, setelah saya baca bukunya kembali, perasaan menggebu tidak seperti saya membacanya ketika tahun 2006 sampai 2011. Mungkin waktu itu saya memasuki umur 20. Umur menuju pendewasaan. Namun saya tetap menikmati karya-karyanya hingga sekarang. Lalu, berbeda dengan Paulo Coelho, cerita-cerita perjalanan hidup yang memberikan semangat juga tidak terlalu menggiurkan ketika membacanya sekarang. Ketika saya membaca The Alchemist, saya begitu bersemangat. Namun ketika membaca Adultnya, saya malah tidak menemukan perasaan yang sama seperti membaca The Alchemist, Aleph dan lainnya. Haruki Murakami. Penulis yang hobi lari ini membuat saya jatuh cinta dengan watana...

Wake Me Up When September Ends

Tiga hari yang lalu saya mengikuti training NEW EMPLOYEE ORIENTATION di APRIL Learning Institut, tempat saya bekerja. Training ini untuk para karyawan yang baru saja join di APRIL. Saya juga masih dikatakan baru walaupun sudah delapan bulan disini. Awalnya saya merasa training kali ini biasa saja. Ucapan-ucapan dari teman-teman terkasih yang mengatakan : "Makan permen banyak-banyak supaya tidak mengantuk" Perkataan itu benar. Namun, ada hal yang lebih penting di training ini. Saya sendiri yang dari dulu tidak suka ikut orientasi siswa dan mahasiswa, menilai training ini adalah sesuatu yang biasa saja, 'ah paling kenalkan ini itu, kenalkan itu, jelaskan ini, jelaskan itu. 'Ya sudahlah dijalan saja'. Begitu saya berkata dalam hati. Selain menambah pengetahuan saya tentang manajemen perusahaan, training di hari terakhir membuat saya berpikir hingga hari ini, yakni pemateri mengatakan hidup ini harus punya tujuan dan target, maka dari itu hidup men...

BEDEBAH

Bedebah yang ini bukanlah kata makian, tapi bukan juga klub bola para artis, Bermain Dengan Bahagia. Tetapi Bekerja Dengan Bahagia. Dahulu kala saat masih sekolah, saya ingin menjadi seorang ahli geologi atau fisikawan. Namun karena keterbatasan otak dan daya juang saya dalam belajar serta tidak lulus (hahaha) akhirnya tidak kesampaian. Setelah lulus dari jurusan sosiologi Universitas Riau, semesta menunjukan saya menjadi seorang wartawan. Yap. Di sebuah media besar yang masih dibawah naungan Kompas, Tribun Pekanbaru. Tentu saya senang sekaligus bangga. Tidak semua orang bisa masuk di sini, apalagi memakai "orang dalam". Profesi ini hanya satu tahun saya geluti, ketika saya dipinang oleh salah satu perusahaan pemberi saya beasiswa, Tanoto Foundation, yakni RAPP. Sekarang saya ditempatkan diposisi media relations officer. Tentu berbeda dengan menjadi wartawan. Disini saya tidak hanya menulis, tetapi lebih dari itu. Banyak hal-hal yang tidak say ketahui dulu, baik pekerjaan,...

Biasanya

Tidak bisa tidur. Sudah pukul 01.42 dinihari. Rumah rasanya beda. Beda banget.Setiap pulang kerumah, selalu emosional, ada yang hilang. Masih gak percaya. Biasanya Abah selalu telpon saya saat perjalan puang dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru. Setiap Sabtu siang, suara beliau selalu terdengar diujung telepon  "Dijemput dimana, nak?". Sekarang sudah tidak ada lagi. Setiap saya masuk rumah biasanya dari jendela pasti melihat Abah sedang nonton. Sekarang pun tv jarang ada yang nonton. Biasanya juga kita setiap weekend minum kopi di boffet abang dan makan nasi goreng di dekat Djuanda . Sekarang itu itu sudah jadi kenangan dalam pikiran saya. Di mess, biasanya setiap pagi Abah selalu telpon membangunkan saya. "Bangun lagi, jangan tidur lagi, jangan lupa sholat". Rasanya hidup ini komplit. Setelah Abah tidak ada, saya seperti kehilangan, kehilangan tujuan saya melakukan hal ini dan itu untuk siapa, dunia seperti mengecil dan  menghimpit saya. Sampai saya su...

Teringat Ibu

Sembilan tahun ini. Rumah terasa sepi. Pagi-pagi, tanpa sarapan pagi. Semua sibuk mengurus diri sendiri. Sembilan tahun ini. Telepon genggam sunyi. Omelan tiada lagi. "Sudahilah main game itu ii". Ayo mengaji. Sembilan tahun kali ini. Lebaran sunyi kembali. Mungkin tidak sholat ied lagi. Sembilan tahun ini. Ibu tidak rasakan sakit lagi. Tidak perlu hadapi dunia ini. Tenang di sana ibuku, sayangku . Malam ini aku rindu, Ibu. Sangat Rindu.