Skip to main content

Posts

Pilihan

Memilih pilihan dalam hidup susah-susah gampang. Apakah pilihan hidup yang saya pilih akan menunjukkan jalan keberhasila, kemenangan ataukah kegagalan.  Itu pulalah yang saya pikirkan ketika harus menyelesaikan skripsi. Pada semester enam, saya berniat untuk dalam waktu 3,5 tahun, karena saya ingin membuktikan kalau saya bisa . Terakhir, ketika saya meminta tanda tangan persetujuan skripsi kepada Dosen Pembimbing , saya disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, saya diminta untuk meningkatkan skor toefl. Tetapi hal tersebut selalu saya tunda . Karena b elum  menjadi prioritas utama , saat ini. Setelah saya lulus dari jurusan Sosiologi Universitas Riau , saya bekerja sebagai jurnalis di salah satu media terbesar di Riau . Saya menggenapi cita-cita yang saya tulis dalam kolom pengisian pendaftaran wisuda tanpa sengaja. Sebelumnya, saya juga sempat dipanggil  dua media nasional . Namun, saya merasa setiap hal yang saya lakukan, perlu dukung...

Sampai di Pangkalan Kerinci

Baiklah. Mulai Minggu lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2015, saya telah resign dari Tribun Pekanbaru. Bersama Tribun saya banyak sekali mendapatkan berbagai pelajaran, menanyai orang, memahami sebuah hal, dan tidak lupa menulis. Banyak sekali. Pokoknya saya benar-benar banyak belajar. Mengapa saya resign? Hhhhm. Sedikit susah dituliskan. Tapi yang jelas, saya ingin mengembangkan karir dan kemampuan saya di perusahaan ini. Bukan saya tidak mengatakan Tribun Pekanbaru karir saya tidak berkembang, sekali lagi di Tribun Pekanbaru saya banyak belajar, mulai sedikit-sedikit menjadi orang yang tidak menutup diri dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Tetapi memang, hidup ini pilihan dan di ridhoi oleh Allah dan orang tua. Saya ingin banyak belajar dan berkarir di tempat saya sekarang. Mulai besok saya akan bergabung dengan salah satu pemberi beasiswa saya dulu, lokasinya di Pangkalan Kerinci. Otomatis, saya harus stay di Pangkalan kerinci. Paling tidak seminggu sekali saya ke Pekanbar...

Mimpi di Sore Hari

Saya sedikit tidak enak badan, flu berat. Dari tadi saya hanya tidur , menonton, tidur, makan, tidur. Sore ini, ketika saya tidur, saya bemimpi. Di dalam mimpi itu, suasana pemakaman mama depan rumah atau saya memanggil beliau mama mas, karena memang dari kecil saya sering main, makan ,tidur, mandi di sana. Memang, sekarang, pagi-pagi sayup-sayup  suaranya masih terdengar. Anehnya, dalam mimpi saya itu saat jenazah mama mas hendak dimandikan, beliau duduk diatas keranda memakai baju hijau. Saya hanya melihatnya tanpa berkomentar. Dan ketika akan di sholatkan, ia belum dikafani. Beliau memakai baju pink dan memakai mukena, duduk di kursi roda. Ia bercanda dengan seorang nenek di belakang rumah saya, nek Madiar. Ia duduk si kursi roda mama mas. Sambil bercanda. Saat itu saya bertanya dalam hati saya, 'kok orang yang sudah meninggal dan dikubur dua hari, masih hidup'. Saya lansung terbangun. Diam, pikir panjang, lihat pintu belakang rumahnya yang tertutup. Kemudian, saya cer...

Bekerja dengan Tabah

Dua hari ini bagi saya adalah hari yang menggangu. Sampai-sampai saya sedikit tidak fokus untuk menulis. Bahkan, saya sedikit kesal dengan apa yang saya kerjakan. Sejak pertengahan Agustus 2015 hingga sekarang, saya merasa tertekan, merasa sakit hati. Saya pun yang mempunyai perasaan halus ini memang gampang terbawa perasaan. Bagaimana tidak, saya yang notabene masih baru dan masih belajar dalam berbagai hal, yang tentu masih banyak kesalahan di sana sini. Saya mengakui saya belum pandai. Tetapi saya seperti dianggap hanya ongkang-ongkang kaki dan tidak maksimal. Seperti hasil pekerjaan saya tidak dihargai. Apa yang saya dengarkan lansung maupun tidak lansung, dari sejak itu hingga sekarang, saya masih ingat, kata-kata yang seharusnya jangan sampai keluar dari mulut seseorang yang jikalau memang sudah terpelajar, sudah melanglang buana menulis apa saja. Tetapi tidak diiringi dengan komunikasi yang baik. Walaupun sekarang sudah sedikit halus, tetapi tetap sarkas. Tidak perlu saya tul...

Cita-citaku

12.49. Sabda Rindunya Glenn Fredly tengah bergema di dalam kamar berwarna biru saya yang tak terlalu besar. Sesekali saya bersin-bersin karena jarang menyapu atau bisa dibilang jarang membersihkan kamar. Sesekali saya juga menarik cairan yang tak begitu banyak mengalir dalam lubang hidung saya yang besarnya tak seberapa. Saya dari tadi berpikir, kok saya lelah, kok saya lesu, kok rasanya ada yang kurang. Ternyata saya belum makan malam. Pikiran saya memang dari pagi hingga malam tidak fokus, kusut. Makanya, saya mencoba mengurainya lewat tulisan blog saya. Salah satu doa saya dikabulkan Tuhan "Untuk dapat yang lebih baik". Alhamdulillah. Jujur, saya senang sekali sekaligus deg -degan. Ah, nanti saya menceritakannya. Kalau flashback, ketika saya masih kecil, katakanlah waktu SD, cita-cita saya banyak. Entah itu dokter, bahkan sampai astronaut . Melaju sedikit masa SMP, saya lagi gila-gilanya dengan komputer dan internet. Dulu saya pikir, jadi operator warnet...

Pokoknya, Aku Ingin Bertemu denganmu dan Berbicara Panjang

Banyak sekali yang belum kupahami, meskipun aku telah berusaha memahaminya. Namun untuk itu niscaya perlu waktu yang cukup lama. Dan jika sudah sampai waktunya, aku sama sekali tak tahu harus bagaimana . Karena itu aku tak bisa melakukan apa-apa kepadamu, tak bisa pula meminta sesuatu, atau menderetkan kata-kata yang indah untukmu. Lagi pula, kita sama-sama tidak terlalu saling mengenal. Tetapi, jika kau beri waktu, aku akan melakukan yang terbaik sehingga mungkin kita akan bisa saling mengetahui lebih banyak lagi. Pokoknya, aku ingin bertemu denganmu, dan berbicara panjang.  *** Saya hanya ingin menulis ulang apa yang dikatakan Watanabe dalam suratnya kepada Midori dalam buku favorit saya.

Berkomentar Tentang Ibadah Seorang Manusia

from google Kebanyakan dari kita, manusia Indonesia kerap mengkomentari apapun tentang diri seseorang. Tanpa melihat dirinya sendiri. Komentar yang penting maupun tidak penting. Termasuk di dalam hal beragama dan beribadah . Bagi saya sendiri, ibadah adalah urusan privat dengan Tuhan . Bukan urusan saya dengan manusia. Dan dari kita, manusia Indonesia ini yang kerap mengkomentari tentang urusan ibadah seseorang.  Saya memang sedikit terganggu dengan orang-orang yang suka mengkomentari tentang bagaimana kita beribadah, kapan saja, dimana saja, terutama pakai apa. Terkesan seperti menggurui. Menurut salah satu penulis favorit saya Zen rs , menggurui itu memiliki konotasi yang buruk. Guru itu mulia, tulus, berpengetahuan, punya budi yang luhur yang layak untuk ditiru. Sifat menggurui tersebut menurut dia tidak berprike-timur-an sekali. Situ siapa sih? apakah ibadah situ sudah baik? Bagi saya ,hal tersebut tidak perlu dikomentari, tidak perlu diejek,TIDAK PERLU....