Skip to main content

Posts

Menonton Televisi

Sudah tiga kali saya tertidur didepan televisi. Membentangkan kasur kecil dengan gambar Hello Kitty . Saya putar kipas angin disebelah kiri Televisi, nyaman sekali. Tidak jelas apa yang saya tonton, saya hanya menekan tombol remote tv menggunajan jari di tangan kanan aaya. Saya selalu berhenti di acara yang saya sukai. Tiga hari ini saya menonton The Target , Spiderman , X-Men , Captain America sampai saya tertidur. Ketika menonton, saya menyiapkan cemilan. Kali ini saya memilih makanan asin. Jujur, saya saat ini ingin sekali makan makanan yang asin. Mungkin mengartikan saya dalam kondisi yang tidak baik.  Bukannya saya tidak tahu penyebabnya, saya terlalu tervawa perasaan. Gampang sekali sakit hati. Bukannya saya tidak tahu diri saya sendiri, tetapi sudah banyak perkataan yang dari awal yang menyakiti. Lancarkan semuanya, Tuhan. Sekarang saya ingin menonton lalu tidur dengan nyaman, bangun dengan semangat, walaupun sulit.

Ngeri

Ketidaknyamanan selalu menyertai Langkahpun ingin rasanya terhenti Setiap hari ngeri Pikiran rasanya mati Sakit hati Ayo Semangat lagi Sari

Ada Sesuatu Yang Selesai

Lebih enak menulis saya daripada aku. Entah kenapa, saat membacanya terlihat ramah, renyes. Saya tak pernah menyangka punya sebuah relationship yang complicated sekali setelah kita memilih berjalan masing-masing tanpa kabar. Namun, semesta mempertemukan kita, di rumah saya.. Masing-masing kita tidak membicarakan masa lalu. Pembicaraan masih sama, suka ngalor-ngidul. Suatu malam, pembicaraan serius terjadi. Kita tidak akan bersinggungan lagi, perasaan kita. Terucap dari mulutnya. Kita sudah mencoba saling bersinggungan. Tetapi kita tidak bisa. Entah apa yang membuat kita berbeda. Mungkin agama atau saya yang belum siap. Semua tidak bisa dipaksakan. Kita saling bertatapan, hening tanpa kata, menutup pembicaraan sambil melambaikan tangan . Hati saya bergetar, saya melamun menatap dinding kamar saya. Diam. Saya merasa ada sesuatu yang telah selesai. Yang tak bisa disatukan oleh semesta, bagaimanapun caranya.

Seperti Sekolah Dulu

Kemarin adalah saat-saat aku ingin menyerah. Menyerah karena otak serasa semakin mengecil, perasaan semakin sempit, aku seperti susah bernapas. Apa yang dijalani  tidak gembira, tidak senang, tidak bahagia. Sehingga langkahku menjadi berat. Terasa seperti saat aku sekolah, ketika tidak memperoleh juara kelas, mamakku tak memperbolehkanku main ke rumah depan. Aku masih ingat, peristiwa itu terjadi di depan jendela rumah lamaku, saat itu aku memakai baju merah putih, menangis di kursi di depan jendela. Ah, kangen mamakku. Sampai saat aku menulis ini pun, aku masih dalam posisi yang terombang-ambing mengambil keputusan. Apakah lanjut, tertahan, atau putus hubungan, kekecewaan dingin, dan kebisuan kaku dan menciutkan hati dan nyali. Seperti diserang dementor lagi. Bahkan aku tak tahu kapan akan keluar dari situasi seperti ini. Terima kasih orang-orang yang selalu menyemangatiku, bahkan ketika aku berada di titik lemah. Mengutip kalimat Ariel " Kalian luar biasa,". Semoga Tuhan...

さようなら

Orang Jepang . Mereka Dari TV Tokyo . Salah Satu TV Swasta di Jepang. Kita kembali bersua dengan suasana berbeda. Makan malam kali ini aku tidak sendirian seperti malam-malam sebelumnya. Kali ini aku makan malam bersama tiga orang Jepang . Pakaianku ya, seperti biasa, gaya favoritku sejak dulu, celana pendek. Mereka, orang Jepang tetap memakai celana panjang. Maafkan saya, merasa tidak sopan. Awalnya kami sudah janjian dulu, mereka menjemputku kerumah. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di sebuah restoran yang ada di Mal Ciputra Seraya . Kami berempat. Aku, Komatsu, Soyama dan Naganuma. Kami duduk didekat jendela. Sengaja aku pilih di sana, karena aku suka hujan. Pikiranku terasa ringan ketiga melihat air yang mengalir di kaca. Kami duduk di meja segi empat, saling berhadapan, aku berhadapan dengan Komatsu dan Soyama dengan Naganuma. Aku memilih menu andalan yakni Bihun goreng, dan mereka aku tidak tahu apa menunya, yang jelas ada ayam. Aku yang pecinta ayam tentu antusi...

#MELAWANASAP

Sebelum aku mulai mengoceh, izinkan aku untuk membuka ocehan ini dengan #MelawanAsap #MelawanAsap #MELAWANASAP Hari ini aku bertemu orang baru lagi. Orang Jepang. Dia bersama perwakilan Jepang di Indonesia Kuniyasu dan Reporter namanya Soyama. Reporter Tokyo TV. Tidak bisa bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia. Lucu ketika ia memperkenalkan diri kepadaku. Lewat line. Sebelumnya, ia memintaku untuk menggoyang-goyangkan HP ku agar bisa terhubung satu dengan yang lain. Ternyata gagal. Akhirnya ia memberikan id linennya kepadaku sambil menunjukkan idnya dari HPnya. Aku menduga ia susah membaca huruf latin. Aku menuliskan namaku di room chat "i am sari". Kemudian ia membalas "i am Soyama". Sambil menunjukkan Profile Picturenya, ia memberikan isyarat itu anak saya. Lalu, saya menjawab dengan jempol sambil berkata "handsome boy". Sekarang saya berpikir jika kabut asap ini sudah mendunia. Riau bukan lagi go nasional, tapi sudah go Internasional, akibat kabut ...

Pilih-pilih

Sudah lama sekali aku tidak menulis di blog yang sudah hampir enam tahun menemaniku dengan setia. Sebenarnya blog ini lahir karena apa ya, mungkin lahir dari kisah-kisah yang tak seberapa, patah hati misalnya. Dalam lima tahun belakangan, aku beberapa kali jatuh cinta dan beberapa kali patah hati. Tapi aku hanya ingat yang patah hati saja. Saat ini, bukannya aku tidak mau pacaran. Tetapi aku masih menunggu yang tepat, yang benar-benar membuat suatu hubungan bersahaja, tidak hanya bisa berbicara tentang kita melulu tapi apa saja. Aku adalah orang yang sulit untuk benar-benar membuka hati untuk orang lain, sekarang. Karena, aku tak mau dilanda patah hati berkali-kali. Patah hati terakhir itu membuat aku menjadi sedikit "pilih-pilih". Ah, mungkin itu hanya kisah cinta remaja.