Skip to main content

Posts

Ceteng

Saya kembali merasa kurang sehat, beberapa hari ini badan saya lesu, akibat lesu ini saya menjadi kurang semangat. Sering sakit kepala, badan gemetaran, telinga berdengung. Bahkan sempat diare. Biasanya dengan kondisi seperti ini, kondisi psikologis saya juga tergganggu, saya mudah sekali merasa sakit hati dengan hal remeh temeh, entahlah, beberapa waktu belakangan saya sering memasukkan hal-hal kecil yang tidak penting ke hati saya. Dan juga, saya merasa dari dulu saya punya mental yang ciut,  saya penakut. mungkin didikan dari kecil ya. Kakak saya cupu. Kurang banyak teman, sukanya main dirumah. Bahkan setelah kuliahpun saya jarang untuk keluar malam. Saya selalu ikuti kata orangtua saya, sebagai anak terakhir dengan jarak yang jauh dengan kakak-kakak saya, saya suka diatur sedemikian rupa untuk menjadi anak yang baik, serba tidak boleh. Hari-hari saya dulu penuh dengan les, les ini iti, tapi saya menikmatinya karena menyenangkan, tapi kadang-kadang cabut juga sih, seringnya ma...

Perasaan Tidak Tertolong

Setiap hari dikantor saya selalu dibecandain dengan salah satu layouter. Hahaha. Ini terjadi setiap saya piket saat malam hari. Bagi saya tidak ada masalah. Ngomong-ngomong masalah pacaran, saya baru merasakan satu atau dua kali. Itu bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Dan saat kami masing-masing menjauh, melupakan adalah hal yang sulit. Semakin saya ingin melupakan, saya selalu kalah dengan kenangan. Sampai sekarang saya belum berani untuk berpacaran, jatuh cinta itu membuat saya lupa bahwa saat kita jatuh cinta, kita harus siap menerima resiko jatuh terlalu dalam. Sebut saja patah hati. Patah hati itu menyakitkan. Sampai-sampai perasaan saya tidak tertolong. Hal-hal yang dulu saya lakukan bersama-sama dengan dia dan saya tinggalkan. Saya mengubah kebiasaan saya. Dengan itu saya sedikit berhasil. Perasaan saya sedikit tertolong. Dan juga, Saya sedikit menjaga jarak dengan orang-orang yang terlalu kepo dengan kehidupan saya. Karena saya tidak suka orang terlalu banyak bertanya ten...

Untuk Sebuah Nama

kau hanyalah kau. Goresan yang nyata dilembar jiwa. Tak bisa ku hapus dan tak bisa ku lari, dari hatik yang pilu. untuk semua yang terjadi antara engkau dan diriku. tak mungkin kupungkiri semua amarah dan segala kecewa. Namun harus ku maafkan meski lirih perih membekas. Ku kubur semua janji manismu dan runtuhkan lara yang merobek hatiku. ini semua untuk sebuah nama . ~~~ Ini sebuah lirik lagu dari penyanyi favorit saya, walaupun tidak full. yap. Glenn Fredly . Entah kenapa beberapa hari belakangan saya sering mendengarkan lagu ini. Mungkin sudah hampir seminggu saya sembelit. Padahal tadi pagi saya sudah pergi ke toilet rumah sambil menulis berita saya, tetapi tidak juga keluar ekspresi ini. Ah, sudahlah saya meracau tidak jelas dan blog saya makin tidak jelas.

Seperti Kata Gilang Ayunda

Kegiatan saya belakangan ini seperti musim yang ekstrim, setiap harinya, terkadang di siang hujan dan sore panas atau sebaliknya. Tahun 2013, saya sedidit banyak berbincang- bincang dengan salah satu anchor metro tv Gilang Ayunda . Ia mengatakan seperti apa yang saya tuliskan di paragraf pertama saya. Waktu itu ada acara metrotv goes to campus . "Jadi reporter itu kita bisa rasain musim ekstrim dalam satu hari," Memang terkadang saat liputan bertemu dengan orang-orang yang tidak bisa saya bayangkan. Awalnya saya anggap mudah,tetapi ternyata susah, kirain berjalan lancar, eh rupanya ribet. Tetapi saya selalu berdoa semoga selalu dilancarkan oleh Yang Punya Hidup. Seperti hari ini, saya meliput tentang pesepeda dari Malaysia . Saat ditugaskan, saya agak kesal karena saya sudah selesai liputan hari ini. Tetapi saat saya bertemu dengan Pak Acid dan Pak Johari warga Malaysia dan disambut dengan hangat kekesalan saga hilang. Ditemani orang pribumi Pak Tasman, saya...

Kebencian Diam-diam

Entah mengapa hal-hal yang sudah berlalu, bahkan mereka yang ada di kehidupam saya yang dulu selalu saja hadir dalam setiap kotak search di sosial media yang saya punya. Entah mengapa nama-nama itu muncul di otak saya dan menginstruksikan jari jemari saya untuk menulisnya. Pada kesempatan berseluncur di twitter saya tak sengaja membaca twit yang saya lupa akunnya. "Kita selalu susah melupakan orang yang membekas di hati kita" Yap. Memang beberapa orang membekas dihati saya, tetapi saya ingin menutup pintu hati saya untuk mereka. Alasannyapun terdengar klise bagi saya. Semakin saya ingin menghilangkan kenangan-kenangan itu, semakin gencar saya menuliskan namanya di kotak pencarian. Apa saya benci? Entahlah, terkadang saya sinis saja dengan mereka, kebencian yang dirasakan diam-diam, membuat persaan jadi kelam.Suram. Sampai sekarang saya tidak bisa menolong perasaan saya sendiri. Termasuk perasaan yang tidak bisa saya definisikan melalui rangkaian kata.

Aku Ingin Pulang

Jam kantor sudah menunjukkan 10.55. Dimana di jalan sudah sepi. Volume kendaraan sudah berkurang. Saya masih di kantor untuk mmelanjutkan piket rutin yang entah kapan berakhir, setiap hari. Suasana kantor hari ini sangat sepi, beberapa dari redaktur libur hari ini. Ditengah kegiiatan piket yang membosankan ini, saya hanya ingin mengatakan Aku Ingin Pulang, memeluk guling dengan khusyuk.

Racauan Akhir tahun

Banyak hal baik dan buruk yang terjadi di tahun ini, 2014 dalam hidup saya. Saya ujian skripsi kemudian wisuda. Kerennya saya lulus. Bagi saya lulus adalah kemerdekaan, karena kampus adalah penjara bagi saya. Saya tidak bisa semaunya, tidak bisa melakukan kehendak saya, ide-ide saya. Setelah lulus, saya tidak mencari pekerjaan, saya ikut-ikutan teman-teman saya mencari pekerjaan, karena tidak enak diceramahi dan dicecoki oleh kata-kata malas. saya berencana untuk menikmati sedikit kebebasan saya dahulu. Saya melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan dulu, pergi ke tempat yang belum pernah saya datangi, membayar hutang untuk keluarga saya, karena saya merasa saat-saat itulah saya harus peduli pada kelompok yang paling dekat di hati saya. Pertengahan bulan ini, saya kembali "masuk penjara" yang bernama pekerjaan. Saya memilih pekerjaan ini karena saya ingin menjadi penulis, saya berpikir mungkin ini adalah pijakan awal saya untuk menjadi seorang penulis. Saya punya sedikit i...