Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Pangkalan Kerinci

Mengapa Saya Resign?

  Saya pindah ke Pekanbaru, Riau tepat tiga bulan lalu. Pekanbaru cukup beda dengan Pangkalan Kerinci, kota tempat saya berkarir selama kurang lebih tujuh tahun. Bisa dibilang, tidak terlalu banyak perbedaan antara kedua kota ini, hanya dari fasilitas saja. Jadi bagaimana saya bisa kembali ke haribaan tanah kelahiran saya? April 2023, 7 bulan lalu, saya dihubungi oleh HRD sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Betul, RS Awal Bros Group melalui linkedin. Isinya, apakah saya sedang open opportunity . Setelah mengalami karier “prestisius” saya di APRIL Group (part of RGE Group) selama tujuh tahun sejauh ini, dan dikelilingi oleh rekan-rekan kerja dari berbagai negara, suku, agama dan latar belakang, fasilitas yang bagus, serta banyak benefit baik lainnya, saya mencoba untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun penuh resiko secara pribadi dan professional, pada May 2023, saya pun menyetujui untuk bergabung pada bulan July 2023. Hati saya penuh harapan, siap untuk merangkul perubahan ...

Pindah Kamar Baru: Petualangan Lucu Mencari 'Space' di Antara 6 Kardus dan Fakir Wifi!

Hampir satu bulan saya pindah ke kamar baru. Ruanganya tidak terlalu besar, cukup untuk sendiri dan barang-barang saya (sebenarnya tidak, karena ada 6 kardus dikirim ke rumah, karena barangnya tidak digunakan). FYI, perusahaan tempat saya bekerja memang menyediakan fasilitas seperti mess untuk karyawannya. Sangat nyaman, karena semuanya ada dan gratis. Awalnya saya hanya membawa 1 koper baju hehehe. Kamar sebelumnya sangat nyaman, sharing dengan roommate , luas dan wifinya nyampe. Jika dibandingkan dengan kamar saya sekarang, kamar single, tidak terlalu luas, wifinya tidak nyampe (Sekarang jadi fakir wifi), beberapa minggu ini saya bangunnya telat tidak seperti biasanya, tapi saya cukup happy di sini, lebih berasa me time , overthinking , bermain musik, mungkin ada rencana saya akan bikin konten. Sebenarnya, udah lama pengen pindah ke kamar single , cuma saya selalu overthinking: "Apakah nanti barang-barang saya muat?" "Apakah saya akan nyaman nantinya di kamar baru?...

P-A-M-E-R

Pamer. P-A-M-E-R. Satu kata yang sebagian orang mengartikan itu sifat negatif. Kadang kita pun kesal terhadap orang yang suka pamer. Misalnya membangga-banggakan diri. Kita sebagai manusia tentu saja sedikit kesal terhadap orang yang suka membanggakan diri. 'Dia pamer karena gak ada orang yang membanggakan diri dia, Jadi dia banggain dirinya sendiri'. Belum lagi mereka yang suka pamer di sosial media.  Lagi makan di tempat mahal dan fancy, update status di WA grup. Lagi mau nonton film di bioskop, foto tiket, upload di instastory. Lagi liburan di Suriname, langsung upload di semua akun sosial media. Norak. Namun, tidak semuanya begitu. Ada hal-hal terselubung dibalik postingan di lini masa yang terkesan pamer. Here We Go : 1.Ingin Diakui Itu tadi, karena gak ada yang banggain prestasinya dia, jadinya banggain diri sendiri. Ia hanya ingin menunjukkan prestasinya ke dunia. Saat ini menunjukkan prestasi di media sosial sangat penting untuk menunjukkan personal b...

Berdialog, Berkomunikasi dan Bersilaturahmi

Selama Ramadan tahun ini saya sering ikut dalam kegiatan Safari. Berkunjung ke wilayah-wilayah yang ada di Riau. Banyak hal yang saya pelajari. Momentum bulan Ramadan sangat tepat untuk menjalin silahturahmi kepada semua pihak. Apalagi dalam pelaksanaan ibadah-ibadah di bulan Ramadan yang banyak bersifat kolektif, seperti kegiatan berbuka atau shalat tarawih sehingga memudahkan untuk berkomunikasi secara lebih massif, efektif dan efisien. Ramadan adalah saat yang tepat untuk melakukan safari, yakni perjalanan untuk berdialog, berkomunikasi dan bersilahturahim dengan masyarakat. Menjalin silahturahim di bulan yang penuh berkah ini secara tidak langsung memperkuat persatuan dan kebersamaan. Tradisi safari Ramadan ini rutin dilakukan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) setiap tahunnya karena memiliki efek yang sangat konstruktif, yakni sesuai dengan salah satu prinsip perusahaan yakni baik untuk masyarakat ( community ). Selama Ramadan ini, perusahaan tempat saya bekerja...

Dia juga Kartini

Peralatan operasional yang sangat dibutuhkan di bidang perindustrian dalam kegiatan pengangkutan, pengangkatan serta pemindahan  barang  berkapasitas besar yang biasa disebut forklift, biasanya dioperasikan oleh seorang pria. Namun, jika dikendarai oleh seorang perempuan, tentu tidak biasa. Kendaraan itulah yang dikendarai oleh Lita Syafriana (22). Bukan tanpa alasan ia memilih untuk mengendarai kendaraan yang harusnya dikendarai oleh laki-laki. Ia memilih bekerja sebagai pengemudi forklift demi membantu perekonomian keluarganya. Anak kedua dari lima orang bersaudara ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat. Bersama kakaknya yang bekerja sebagai penjaga kebun, Lita membantu ibunya untuk membiayai dua orang adiknya yang masih bersekolah. "Saya harus membantu ibu saya untuk menghidupi keluarga ini. Saya bersyukur mendapatkan peluang dan kesempatan dari PT RAPP (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Meski saya perempuan, mereka percaya saya bisa melakukan pe...

Kisah Pemuda Riau yang Jaga Desa Bebas dari Api

Mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk mengedukasi jika membuka lahan dengan bakar itu berbahaya .  Seperti kisah seorang pemuda dari Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Zuriadi (32) buktinya.  Sebagai Crew Leader atau koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran di desa melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program , Zuriadi setiap hari mendatangi berbagai lapisan masyarakat di desanya untuk memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menjaga lahannya. Ia mengatakan sosialisasi yang ia lakukan tidaklah sekali dua kali, tetapi berulang-ulang agar masyarakat paham membakar lahan itu tidak baik untuk kesehatan dan menggangu kegiatan sehari-hari mereka. Berbagai penolakan saat sosialisasi pun ia dapatkan. Beberapa masyarakat ada yang menolak dengan mengatakan sejak dulu mereka membuka lahan dengan membak...

Rasa Syukur yang Dibawa Dunia Akhirat

Sudah dua tahun Wan Bulan (65) tidak bisa mencari ikan di Sungai Kampar , Kabupaten Pelalawan . Saat ini ia hidup dari bantuan para tetangga yang peduli padanya. Ada saja tetangga yang memberikan kebutuhann pokok seperti beras, lauk pauk kepadanya setiap hari. Pemberian tersebut tidak sendiri ia nikmati, tetapi bersama satu anaknya yang sedang sakit dan dua cucunya yang masih kecil. Kediamannya pun jauh dari kata nyaman. Ia hanya hidup di rumah panggung yang tak layak disebut rumah. Pintu rumah Nek Bulan, sapaan akrabnya hanya terbuat dari kain goni bekas. Setiap malam, jika angin kencang, ia merasakan dingin hingga mencapai ke tulangnya yang sudah tua. Jembatan menuju rumahnya pun berbahaya, hanya beberapa kayu yang disusun jarang dapat membuatnya terjatuh jika tak hati-hati. Ia memiliki impian dapat tinggal di rumah yang layak dan membuatnya nyaman. Ia pun mendatangi Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Amirul Mukmini...

Stress ! Go Out !

Beberapa hari belakangan, saya sedang kondisi dengan mood yang tidak baik alias stres. Mungkin saja saya sedang butuh liburan atau hiburan yang tidak biasa, akhirnya membuat bahagia. Banyak hal yang diluar kendali saya. Entah syndrome apa namanya. Untuk mengusirnya, saya mencoba beberapa formula, diantaranya : 1.  Membersihkan Kamar Memberishkan lemari pakaian saya yang tidak terlalu berantakan. Saya melakukan hal itu karena saya ingin lebih rapi saja, tidak lebih. Saya melipat pakaian saya serapi mungkin dan menyusun sesuai dengan item-itemnya Kemeja dengan kemeja, kaos dengan kaos, celama dengan celana, pakaian dalam dengan pakaian dalam bercampur dengan kaos kaki sapu tangan. Satu yang yang membuat saya senang baru-baru ini adalah mengepel lantai. Yap. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya mengepel lantai. hahahahaha. Lantai kamar saya yang sudah bersih saya pel lagi agar wangi dan lantai kamar menjadi bercahaya. hehehe. Tidak lupa saya jugamembe...

Pulang ke Pekanbaru

sesungguhnya saya tidak tahu akan menuliskan apa.  Sudah lama saya tidak menulis di blog saya, lama sekali rasanya. Sabtu ini saya masih masuk kerja setengah hari. Tapet jam 13.00 WIB siang nanti, saya pulang ke Pekanbaru dengan bus karyawan. Iya, pulang ke rumah. Setiap hari saya begitu merindukan rumah dan beserta isinya. Saya seperti pulang ke pangkuan orang-orang terkasih.  Jujur, saya trauma untuk tidak pulang setiap minggu. Saya sedikit menyesal ketika saya tidak pulang karena ada pekerjaan, tetapi saat itu Abah saya sedang dirawat di Rumah Sakit. Saya bilang saya akan pulang minggu depannya, tapi ternyata saya pulang empat hari sebelum hari Sabtu.  Saya takut tidak bertemu dengan keluarga jika tidak pulang setiap minggunya. Sekarang saya selalu mengusahakan setiap minggu pulang ke Pekanbaru ingin melihat mereka, mungkin saja saya tidak bertemu mereka di minggu yang akan datang, umur tidak ada yang tahu.

Menikmati Kamu

1 Desember 2016. Sekarang saya sedang berada di kota kembang, Bandung . Rasanya tidak ingin pulang. Memang ini bukan yang pertama kali, kali ini berbeda karena sudah bekerja mungkin ya. Hahahaha. Entah kenapa saya tidak ingin pulang dan kembali bekerja. Bandung. Saya suka kota ini karena lumayan sejuk dari Pangkalan Kerinci atau Pekanbaru. Tetapi saya tidak ingin tinggal disini, ramai dan jalanan sempit. Saya hanya ingin menikmati Bandung dan bercengkrama dengan orang terkasih. Tidak dengan hiruk pikuknya. Menikmati obrolan santai. Menikmati bangunan-bangunan tua yang keren-keren. Menikmati kamu (?). Sesederhana itu.

Kegairahan Baca Buku

Sekarang saya merindukan bagaimana Raditya Dika mengocok perut saya ketika masa sekolah. Saya rindu bagaimana Coelho membuat bingung kemudian memotivasi hidup. Saya rindu bagaimana Murakami menemani kesendirian saya. Tiga penulis itu adalah penulis favorit saya. Diusia remaja saya gemar membaca Raditya Dika. Namun sekarang, setelah saya baca bukunya kembali, perasaan menggebu tidak seperti saya membacanya ketika tahun 2006 sampai 2011. Mungkin waktu itu saya memasuki umur 20. Umur menuju pendewasaan. Namun saya tetap menikmati karya-karyanya hingga sekarang. Lalu, berbeda dengan Paulo Coelho, cerita-cerita perjalanan hidup yang memberikan semangat juga tidak terlalu menggiurkan ketika membacanya sekarang. Ketika saya membaca The Alchemist, saya begitu bersemangat. Namun ketika membaca Adultnya, saya malah tidak menemukan perasaan yang sama seperti membaca The Alchemist, Aleph dan lainnya. Haruki Murakami. Penulis yang hobi lari ini membuat saya jatuh cinta dengan watana...

Wake Me Up When September Ends

Tiga hari yang lalu saya mengikuti training NEW EMPLOYEE ORIENTATION di APRIL Learning Institut, tempat saya bekerja. Training ini untuk para karyawan yang baru saja join di APRIL. Saya juga masih dikatakan baru walaupun sudah delapan bulan disini. Awalnya saya merasa training kali ini biasa saja. Ucapan-ucapan dari teman-teman terkasih yang mengatakan : "Makan permen banyak-banyak supaya tidak mengantuk" Perkataan itu benar. Namun, ada hal yang lebih penting di training ini. Saya sendiri yang dari dulu tidak suka ikut orientasi siswa dan mahasiswa, menilai training ini adalah sesuatu yang biasa saja, 'ah paling kenalkan ini itu, kenalkan itu, jelaskan ini, jelaskan itu. 'Ya sudahlah dijalan saja'. Begitu saya berkata dalam hati. Selain menambah pengetahuan saya tentang manajemen perusahaan, training di hari terakhir membuat saya berpikir hingga hari ini, yakni pemateri mengatakan hidup ini harus punya tujuan dan target, maka dari itu hidup men...

BEDEBAH

Bedebah yang ini bukanlah kata makian, tapi bukan juga klub bola para artis, Bermain Dengan Bahagia. Tetapi Bekerja Dengan Bahagia. Dahulu kala saat masih sekolah, saya ingin menjadi seorang ahli geologi atau fisikawan. Namun karena keterbatasan otak dan daya juang saya dalam belajar serta tidak lulus (hahaha) akhirnya tidak kesampaian. Setelah lulus dari jurusan sosiologi Universitas Riau, semesta menunjukan saya menjadi seorang wartawan. Yap. Di sebuah media besar yang masih dibawah naungan Kompas, Tribun Pekanbaru. Tentu saya senang sekaligus bangga. Tidak semua orang bisa masuk di sini, apalagi memakai "orang dalam". Profesi ini hanya satu tahun saya geluti, ketika saya dipinang oleh salah satu perusahaan pemberi saya beasiswa, Tanoto Foundation, yakni RAPP. Sekarang saya ditempatkan diposisi media relations officer. Tentu berbeda dengan menjadi wartawan. Disini saya tidak hanya menulis, tetapi lebih dari itu. Banyak hal-hal yang tidak say ketahui dulu, baik pekerjaan,...

Kapan Nikah ?

Kapan Nikah? Pertanyaan semacam itu belakangan ini kerap menabrak saya. Entah mengapa, di usia yang masih belia ini, orang-orang menanyakan hal tersebut. Demi tidak memperpanjang introgasi, saya hanya menjawab "Hilalnya belum kelihatan". Bagi saya, menikah itu bukan karena temanmu sudah menikah, lalu kamu harus menikah, menikah bukan untuk ikut-ikutan. Menikah itu, dua orang harus memiliki komitmen satu sama lain. Mereka harus saling berbagi rasa dan asa. Saat ini, menikah bagi saya belum menjadi prioritas utama. Saya sempat berpikir untuk hidup sendiri, menikmati diri sendiri dengan melakukan hal yang disukai. Namun, saya tidak bisa menolak virus merah jambu menyerang perasaan saya. Kalau dipikir-pikir, masih banyak yang harus saya lakukan sebelum memutuskan untuk membagi waktu dan hidup untuk orang lain. Intinya, saya belum selesai dengan diri saya sendiri. Bukan berarti saya tidak mau menikah. Karena menikah bukan semudah melihat Kotaru Minami berubah menjadi satria ba...

Oh, God

Perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci kali ini, m embuat saya banyak berpikir, sampai-sampai saya tidur di bus hanya sebentar. Biasanya saat bus baru saja berjalan, saya sudah mulai tak sadarkan diri. Banyak hal yang saya takutkan. Banyak hal yang saya cemaskan. Dan hal ini ingin saya keep sendiri dulu. Ditengah jalan, lampu padam, pendingin ruangan menyala begitu kencang sehingga bulu kaki saya seperti berdiri. Pasalnya, saya memakai celana pendek. Saya masih berpikir banyak hal. Saya percaya Tuhan sudah menggariskan hidup makhluknya, rizki, jodoh dan kematian sudah tertulis sebelum kita dilahirkan ke dunia. Lantas, mengapa saya mesti mencemaskan hal-hal yang saya pikirkan?. Kemudian, belakangan jadi orang yang mudah tersinggung. Hal yang menyakitkan memang membuat saya lebih banyak berpikir.

Orang Mah Tahu Luarnya Aja

"Hidup dia enak ya," Kata yang acapkali kita keluarkan dari mulut kita. Padahal, kita belum tahu bagaimana mereka itu menjalani hidup. Orang mah tahu luarnya aja. "Kapan Nikah?" "Kan udah kerja?" Pertanyaan yang kerap ditujukan kepada mereka yang lahir di tahun 1990 sampai 1994 saat ini. Termasuk saya. Intinya mungkin belum siap atau sedang mengejar tujuan lain. Bahkan, mungkin belum selesai dengan dirinya sendiri. Orang mah tahu luarnya saja. "Kan udah lulus, kapan kerja? Pertanyaan yang krusial yang ditujukan kepada lulusan baru. Sebenarnya bukan tidak ingin bekerja, tetapi belum dipertemukan. Masih berlanjut

Pilihan

Memilih pilihan dalam hidup susah-susah gampang. Apakah pilihan hidup yang saya pilih akan menunjukkan jalan keberhasila, kemenangan ataukah kegagalan.  Itu pulalah yang saya pikirkan ketika harus menyelesaikan skripsi. Pada semester enam, saya berniat untuk dalam waktu 3,5 tahun, karena saya ingin membuktikan kalau saya bisa . Terakhir, ketika saya meminta tanda tangan persetujuan skripsi kepada Dosen Pembimbing , saya disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, saya diminta untuk meningkatkan skor toefl. Tetapi hal tersebut selalu saya tunda . Karena b elum  menjadi prioritas utama , saat ini. Setelah saya lulus dari jurusan Sosiologi Universitas Riau , saya bekerja sebagai jurnalis di salah satu media terbesar di Riau . Saya menggenapi cita-cita yang saya tulis dalam kolom pengisian pendaftaran wisuda tanpa sengaja. Sebelumnya, saya juga sempat dipanggil  dua media nasional . Namun, saya merasa setiap hal yang saya lakukan, perlu dukung...

Sampai di Pangkalan Kerinci

Baiklah. Mulai Minggu lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2015, saya telah resign dari Tribun Pekanbaru. Bersama Tribun saya banyak sekali mendapatkan berbagai pelajaran, menanyai orang, memahami sebuah hal, dan tidak lupa menulis. Banyak sekali. Pokoknya saya benar-benar banyak belajar. Mengapa saya resign? Hhhhm. Sedikit susah dituliskan. Tapi yang jelas, saya ingin mengembangkan karir dan kemampuan saya di perusahaan ini. Bukan saya tidak mengatakan Tribun Pekanbaru karir saya tidak berkembang, sekali lagi di Tribun Pekanbaru saya banyak belajar, mulai sedikit-sedikit menjadi orang yang tidak menutup diri dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Tetapi memang, hidup ini pilihan dan di ridhoi oleh Allah dan orang tua. Saya ingin banyak belajar dan berkarir di tempat saya sekarang. Mulai besok saya akan bergabung dengan salah satu pemberi beasiswa saya dulu, lokasinya di Pangkalan Kerinci. Otomatis, saya harus stay di Pangkalan kerinci. Paling tidak seminggu sekali saya ke Pekanbar...