Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Journalist

Mindset of Being A Writer From Raditya Dika

Kemarin saya mendengarkan podcast Raditya Dika tentang menjadi seorang penulis. Raditya Dika adalah salah satu idola saya dalam hal menulis. Ketika saya masih SMP, saya SD, saya membaca blognya http://kambingjantan.com dan ketika saya SMA, saya menonton filmnya Kambing Jantan. Sebagai introverted introvert ketika itu, saya memang lebih suka menyampaikan sesuatu hal melalui tulisan atau chatting. Saya pun membuat blog di tahun 2009 dan sampai sekarang masih suka menulis. Mungkin bisa dibilang, karena menulis saya bisa bekerja di perusahaan sekarang, walaupun saya tidak pernah sekolah komunikasi atau pun kursus menulis. Okay, we are back to his podcast. Menurut Raditya Dika, menulis itu adalah bahan baku dari banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Jika kita ingin menjadi Youtuber, akan lebih  mudah ide-ide konten tersebut ditulis. Dalam film pun, skenario juga harus ditulis. Jadi bisa dibilang menulis itu adalah fondasi utama dari karya kreatif. Menulis itu bukan untuk kita keliat...

Kenapa Jadi Kutu Loncat ?

Saya bisa dikatakan sebagai kutu loncat. Pekerjaan pertama saya adalah jurnalis di Tribun Pekanbaru. Saya menggeluti pekerjaan ini hanya 1 tahun 3 bulan. Kemudian saya lopat ke PT RAPP sebagai  Public Relation . Saya bekerja di sini sudah 3 tahun. Mengapa saya pindah? Bukan money orientied. Oke, jujur saja sebagai jurnalis gaji saya dengan saat ini berbeda, kalau gaji lebih besar dari sebelumnya itu bonus. Saya berpikir jika saya lebih memilih untuk pindah, saya jadi lebih banyak tahu mengenai situasi pekerjaan, peraturan, bahkan di lingkungan kerja. Saya ingat ada salah satu pejabat yang ada di Pemerintahan Pekanbaru, ketika saya menjadi wartawan, dia sangat manis kepada saya. Ketika bertemu kembali dengan saya sebagai karyawan di RAPP, dia hanya datar dan tidak seperti biasanya. Silahkan menilai sendiri. Saya berpikir untuk pindah karena ingin menilai dan mengembangkan kemampuan yang saya miliki. Sudah 3 tahun, apakah saya ingin pindah? Jujur saja,...

Dia juga Kartini

Peralatan operasional yang sangat dibutuhkan di bidang perindustrian dalam kegiatan pengangkutan, pengangkatan serta pemindahan  barang  berkapasitas besar yang biasa disebut forklift, biasanya dioperasikan oleh seorang pria. Namun, jika dikendarai oleh seorang perempuan, tentu tidak biasa. Kendaraan itulah yang dikendarai oleh Lita Syafriana (22). Bukan tanpa alasan ia memilih untuk mengendarai kendaraan yang harusnya dikendarai oleh laki-laki. Ia memilih bekerja sebagai pengemudi forklift demi membantu perekonomian keluarganya. Anak kedua dari lima orang bersaudara ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat. Bersama kakaknya yang bekerja sebagai penjaga kebun, Lita membantu ibunya untuk membiayai dua orang adiknya yang masih bersekolah. "Saya harus membantu ibu saya untuk menghidupi keluarga ini. Saya bersyukur mendapatkan peluang dan kesempatan dari PT RAPP (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Meski saya perempuan, mereka percaya saya bisa melakukan pe...

Pilihan

Memilih pilihan dalam hidup susah-susah gampang. Apakah pilihan hidup yang saya pilih akan menunjukkan jalan keberhasila, kemenangan ataukah kegagalan.  Itu pulalah yang saya pikirkan ketika harus menyelesaikan skripsi. Pada semester enam, saya berniat untuk dalam waktu 3,5 tahun, karena saya ingin membuktikan kalau saya bisa . Terakhir, ketika saya meminta tanda tangan persetujuan skripsi kepada Dosen Pembimbing , saya disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, saya diminta untuk meningkatkan skor toefl. Tetapi hal tersebut selalu saya tunda . Karena b elum  menjadi prioritas utama , saat ini. Setelah saya lulus dari jurusan Sosiologi Universitas Riau , saya bekerja sebagai jurnalis di salah satu media terbesar di Riau . Saya menggenapi cita-cita yang saya tulis dalam kolom pengisian pendaftaran wisuda tanpa sengaja. Sebelumnya, saya juga sempat dipanggil  dua media nasional . Namun, saya merasa setiap hal yang saya lakukan, perlu dukung...

Sampai di Pangkalan Kerinci

Baiklah. Mulai Minggu lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2015, saya telah resign dari Tribun Pekanbaru. Bersama Tribun saya banyak sekali mendapatkan berbagai pelajaran, menanyai orang, memahami sebuah hal, dan tidak lupa menulis. Banyak sekali. Pokoknya saya benar-benar banyak belajar. Mengapa saya resign? Hhhhm. Sedikit susah dituliskan. Tapi yang jelas, saya ingin mengembangkan karir dan kemampuan saya di perusahaan ini. Bukan saya tidak mengatakan Tribun Pekanbaru karir saya tidak berkembang, sekali lagi di Tribun Pekanbaru saya banyak belajar, mulai sedikit-sedikit menjadi orang yang tidak menutup diri dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Tetapi memang, hidup ini pilihan dan di ridhoi oleh Allah dan orang tua. Saya ingin banyak belajar dan berkarir di tempat saya sekarang. Mulai besok saya akan bergabung dengan salah satu pemberi beasiswa saya dulu, lokasinya di Pangkalan Kerinci. Otomatis, saya harus stay di Pangkalan kerinci. Paling tidak seminggu sekali saya ke Pekanbar...

Bekerja dengan Tabah

Dua hari ini bagi saya adalah hari yang menggangu. Sampai-sampai saya sedikit tidak fokus untuk menulis. Bahkan, saya sedikit kesal dengan apa yang saya kerjakan. Sejak pertengahan Agustus 2015 hingga sekarang, saya merasa tertekan, merasa sakit hati. Saya pun yang mempunyai perasaan halus ini memang gampang terbawa perasaan. Bagaimana tidak, saya yang notabene masih baru dan masih belajar dalam berbagai hal, yang tentu masih banyak kesalahan di sana sini. Saya mengakui saya belum pandai. Tetapi saya seperti dianggap hanya ongkang-ongkang kaki dan tidak maksimal. Seperti hasil pekerjaan saya tidak dihargai. Apa yang saya dengarkan lansung maupun tidak lansung, dari sejak itu hingga sekarang, saya masih ingat, kata-kata yang seharusnya jangan sampai keluar dari mulut seseorang yang jikalau memang sudah terpelajar, sudah melanglang buana menulis apa saja. Tetapi tidak diiringi dengan komunikasi yang baik. Walaupun sekarang sudah sedikit halus, tetapi tetap sarkas. Tidak perlu saya tul...

Cita-citaku

12.49. Sabda Rindunya Glenn Fredly tengah bergema di dalam kamar berwarna biru saya yang tak terlalu besar. Sesekali saya bersin-bersin karena jarang menyapu atau bisa dibilang jarang membersihkan kamar. Sesekali saya juga menarik cairan yang tak begitu banyak mengalir dalam lubang hidung saya yang besarnya tak seberapa. Saya dari tadi berpikir, kok saya lelah, kok saya lesu, kok rasanya ada yang kurang. Ternyata saya belum makan malam. Pikiran saya memang dari pagi hingga malam tidak fokus, kusut. Makanya, saya mencoba mengurainya lewat tulisan blog saya. Salah satu doa saya dikabulkan Tuhan "Untuk dapat yang lebih baik". Alhamdulillah. Jujur, saya senang sekali sekaligus deg -degan. Ah, nanti saya menceritakannya. Kalau flashback, ketika saya masih kecil, katakanlah waktu SD, cita-cita saya banyak. Entah itu dokter, bahkan sampai astronaut . Melaju sedikit masa SMP, saya lagi gila-gilanya dengan komputer dan internet. Dulu saya pikir, jadi operator warnet...

Kenangan dengan McDonalds

Why So Happy Meal? Salah satu Restoran Cepat saji yang dulunya sangat saya gandrungi makanannya kini kembali hadir di Pekanbaru. Mc Donalds  (Mekdi) . Ada sebuah fenomena menarik saat restoran ini dibuka pada bulan Desember 2015 ini. Baru saja dibuka, restoran ini sangat banyak dikujungi oleh warga Pekanbaru , yang memang kerap jika ada sebuah restoran baru, warga kota madani nan bertuah ini lansung menyerbu tempat tersebut. Sebab, diduga takut ketinggalan atau bisa juga budaya konsumtif mulai merasuki jiwa warga Pekanbaru, tidak terkecuali saya. Setiap ada sesuatu yang baru, mereka lansung menyerbu bahkan rela mengantri ber jam-jam untuk mendapatkan makanan yang baru.  Apa Pekanbaru kurang tempat hiburan? Setiap hal yang baru seperti objek wisata , kuliner. Atau ini sebuah globalisasi budaya yang sekarang merasuki pola gaya hidup bahkan selera makan warga Pekanbaru? atau warga Pekanbaru saat ini bukan mementingkan rasa? atau hanya mementingkan gaya?  atau ba...

Tujuan Mariadi Madiah Untuk Revolusi Mental

Mariadi Madiah, pemuda asal Deli Serdang ini telah berkeliling Indonesia dari Sabang Sampai Merauke sejak 15 Februari 2015 lalu. Tujuannya mengelilingi Indonesia dengan sepeda untuk mengkampanyekan Revolusi Mental . Ia sempat bercerita pengalamannya kepada saya saat sampai di Pekanbaru setelah dari Jambi . Cuaca Pekanbaru yang terik tak mengurangi semangat bersepeda Mardiah. Saat saya temui di Rumbai Futsal, tempat ia bersama pesepeda di Pekanbaru berisitirahat, ia bercerita telah mengelilingi Pekanbaru.. Mantan atlet lari ini mengatakan jalanan di Pekanbaru cukup bagus dan sudah ada jalur sepeda.  "Sambutan para pesepeda di sini luar biasa. Saya sampainya Selasa malam lalu, lansung di sambut dengan gembira sama pesepeda Pekanbaru yang dulu sempat bertemu di Malaysia saat mereka mengelilingi ASEAN . Luar Biasa," katanya. Saat itu ia masih berpakaian lengkap pesepeda, seperti baju bersepeda, sarung tangan, kacamata sport dan sepatu olahraga. ia menceritakan,...

Permainan Rakyat Riau yang Nyaris Punah

Ini adalah salah satu permainan rakyat Riau yang saat ini hampir punah. Saya juga baru tahu cara memainkan gasing ketika saya bertemu dengan si pembuat gasing. Begini ceritanya. Gasing ini dimainkan dengan cara diputar atau dipusingkan dengan bantuan seutas tali yang dililitkan pada bagian atas. Kemudian gasing dijatuhkan ke permukaan tanah sambil diikuti dengan tarikan tali ke belakang, maka gasing tersebut akan jatuh ke tanah dalam keadaan berputar. Tali yang digunakan adalah tali belati yang panjangnya empat meter. Memainkan gasing harus ditanah, jika tidak poros gasing akan rusak jika dinainkan di medan yang keras seperti semen. Begitulah cara gasing dimainkan. Rumah panggung bercat kuning itu tampak dari luar terlihat sepi. Ada empat tangga yang terbuat dari kayu jika kita ingin masuk ke dalam rumah tersebut. Di sebelah rumah, ada sebuah warung kecil dengan dua meja yang dijaga oleh lelaki tua, saat itu ia mengenakan celana pendek dan baju dalam saja. Lela...

Mau Apa ?

Di luar sedang hujan. 6,8,12 Brian Mcknigh t sedang diputar. Sambil tiduran miring, saya menyentuh huruf-huruf di hp pintar saya untuk merangkai sebongkah curhat. Saya masih berpikir apa tujuan saya tahun depan? Saya belum tahu. Saya hanya berharap tahun yang lebih baik, hidup yang lebih baik, berkualitas dan bersahaja. Semakin banyak beribadah. Tapi, semua itu, menurut saya, hanya sebuah pengharapan umum. Secara spesifik, saya tidak tahu apa tujuan saya. Saya merasa iba dengan diri saya sendiri. Sekarang, lagu sudah berganti dengan petikan gitar Adam Sandler , Grow old with you. Lagunya romantis sekali, cocok dinyanyikan saat pernikahan. Tapi ini tidak ada hubungannya dengan tujuan saya untuk menikah. Tahun depan, saya tidak ada berencana, bahkan berpikir untuk menikah. Mungkin delapan atau 10 tahun dari sekarang. Bahkan saya tak bisa membayangkan hidup dengan orang lain. Pertanyaan yang selalu dalam otak saya sekarang, tujuan saya apa sekarang? Jangka panjangnya a...

Kemana???

Mau kemana lagi ? Kata-kata yang saat ini selalu ada dalam kepala. Selalu berteriak disaat pikiran suntuk, mumet, tidak bergairah. Apa ini jalan yang benar? Ladang semangat, bahkan kadang berada di titik terendah. Kemana??????

Entah Mana

Saya diantara kebingungan. Nasihat dan masukan yang saya terima entah mana yang harus saya jalani. Posisinya, entah mana yang benar dan entah mana yang salah. Bisa saja, jalan yang dituntun oleh orang yang caranya agak nyeleneh dan sedikit kurang ajar, benar dan bisa saja salah. Bisa saja, jalan yang dituntun oleh orang yang yang sopan santun sophan sopian tersebut salah, tapi bisa saja benar. Itu yang ada dipikiran saya sekarang. Saya dihadapkan oleh banyak hal-hal baru yang membuat saya harus memilah, memilih, yang menurut saya benar. Masalahnya, yang jalan mana yang harus saya tuju? Dari dulu saya seharusnya tak merecoki urusan negara yang sukanya sekongkol ini. Saya hanya berharap Tuhan selalu menunjukan celah kepada saya ketika ada yang tidak beres. Selalu. Haduh, maskerku belum kering juga

Menonton Televisi

Sudah tiga kali saya tertidur didepan televisi. Membentangkan kasur kecil dengan gambar Hello Kitty . Saya putar kipas angin disebelah kiri Televisi, nyaman sekali. Tidak jelas apa yang saya tonton, saya hanya menekan tombol remote tv menggunajan jari di tangan kanan aaya. Saya selalu berhenti di acara yang saya sukai. Tiga hari ini saya menonton The Target , Spiderman , X-Men , Captain America sampai saya tertidur. Ketika menonton, saya menyiapkan cemilan. Kali ini saya memilih makanan asin. Jujur, saya saat ini ingin sekali makan makanan yang asin. Mungkin mengartikan saya dalam kondisi yang tidak baik.  Bukannya saya tidak tahu penyebabnya, saya terlalu tervawa perasaan. Gampang sekali sakit hati. Bukannya saya tidak tahu diri saya sendiri, tetapi sudah banyak perkataan yang dari awal yang menyakiti. Lancarkan semuanya, Tuhan. Sekarang saya ingin menonton lalu tidur dengan nyaman, bangun dengan semangat, walaupun sulit.

Ngeri

Ketidaknyamanan selalu menyertai Langkahpun ingin rasanya terhenti Setiap hari ngeri Pikiran rasanya mati Sakit hati Ayo Semangat lagi Sari

Seperti Sekolah Dulu

Kemarin adalah saat-saat aku ingin menyerah. Menyerah karena otak serasa semakin mengecil, perasaan semakin sempit, aku seperti susah bernapas. Apa yang dijalani  tidak gembira, tidak senang, tidak bahagia. Sehingga langkahku menjadi berat. Terasa seperti saat aku sekolah, ketika tidak memperoleh juara kelas, mamakku tak memperbolehkanku main ke rumah depan. Aku masih ingat, peristiwa itu terjadi di depan jendela rumah lamaku, saat itu aku memakai baju merah putih, menangis di kursi di depan jendela. Ah, kangen mamakku. Sampai saat aku menulis ini pun, aku masih dalam posisi yang terombang-ambing mengambil keputusan. Apakah lanjut, tertahan, atau putus hubungan, kekecewaan dingin, dan kebisuan kaku dan menciutkan hati dan nyali. Seperti diserang dementor lagi. Bahkan aku tak tahu kapan akan keluar dari situasi seperti ini. Terima kasih orang-orang yang selalu menyemangatiku, bahkan ketika aku berada di titik lemah. Mengutip kalimat Ariel " Kalian luar biasa,". Semoga Tuhan...

さようなら

Orang Jepang . Mereka Dari TV Tokyo . Salah Satu TV Swasta di Jepang. Kita kembali bersua dengan suasana berbeda. Makan malam kali ini aku tidak sendirian seperti malam-malam sebelumnya. Kali ini aku makan malam bersama tiga orang Jepang . Pakaianku ya, seperti biasa, gaya favoritku sejak dulu, celana pendek. Mereka, orang Jepang tetap memakai celana panjang. Maafkan saya, merasa tidak sopan. Awalnya kami sudah janjian dulu, mereka menjemputku kerumah. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di sebuah restoran yang ada di Mal Ciputra Seraya . Kami berempat. Aku, Komatsu, Soyama dan Naganuma. Kami duduk didekat jendela. Sengaja aku pilih di sana, karena aku suka hujan. Pikiranku terasa ringan ketiga melihat air yang mengalir di kaca. Kami duduk di meja segi empat, saling berhadapan, aku berhadapan dengan Komatsu dan Soyama dengan Naganuma. Aku memilih menu andalan yakni Bihun goreng, dan mereka aku tidak tahu apa menunya, yang jelas ada ayam. Aku yang pecinta ayam tentu antusi...

Keindahan Pekanbaru dari Lantai 12

Aku menarik gas motor tua Abahku menuju tempat tertinggi di Pekanbaru, The Peak hotel . Jaraknya sekitar 800 meter dari rumahku. Lokasinya berada di Jalan Ahmad Yani. Sampai di parkir basement aku diberi karcis parkir oleh petugas. Basement Terlihat kecil, tapi ternyata besar, bisa menampung 250 kendaraan roda empat. Tak jauh dari parkir, aku ingin menuju lantai 12 , tempat dimana aku akan mewawancarai Pak Deki, Marketing di sana. Aku menekan tombol lift tepat di angka 12. Seperti naik lift biasa, hanya saja tak terasa lama dan guncangannya.  Tiba di lantai 12. Sepi. Aku tak ingin memikirkan apa-apa. Pria berkacamata itu yang memakai baju batik coklat telah menungguku. Dia bernama Pak Deki. Sebelumnya aku disapa dengan ramah oleh waiters disana, mereka suka Senyum. Kemudian kami masuk untuk mengobrol keperluan kerjaan. .... Kami memilih duduk di dalam ruangan karena di luar masih asap. Duduk di sofa berwarn hitam. Minum teh panas. Kemudian aku mulai bekerja. Saat berb...

Penyebab Harga Makanan di Bandara Gak Manusiawi

Beberapa hari belakangan, saya sering bolak balik bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru , menjalankan tugas demi membiayai kelakuan sehari-hari. Tak jarang saya juga sering jajan makanan di bandara yang kadang harganya gak manusiawi. Muahal. Pernah sekali setelah saya makan, saya sampai bilang "oke ini yang terakhir makan disini". Ada lagi waktu itu saya duduk di lantai dua, pesan lemon tea, eh taunya dikasih teh sama jeruk nipis, bukan lemon. Anjrit. Oke itu yang terakhir minum di situ.  Terus, saya juga pernah beli koran harian, harganya ditambah Rp1.000 dari harga normal. Terus di hekter lagi. Besar pula. Nanti bisa-bisa melukai kuku cantik saya . Hahahahahahah. Agak geli kalau dibaca ya. Saya bertanya-tanya kenapa ya belanja di bandara mahal-mahal? Lalu saya browsing dengan perasaan yang menggebu-gebu, satu demi satu saya cek website-website dan akhirnya ketemu. Dilansir dari portal Banjarmasin Post, Mantan Direktur Angkasa Pura  II yang namanya Pak Edd...

Seperti Kata Gilang Ayunda

Kegiatan saya belakangan ini seperti musim yang ekstrim, setiap harinya, terkadang di siang hujan dan sore panas atau sebaliknya. Tahun 2013, saya sedidit banyak berbincang- bincang dengan salah satu anchor metro tv Gilang Ayunda . Ia mengatakan seperti apa yang saya tuliskan di paragraf pertama saya. Waktu itu ada acara metrotv goes to campus . "Jadi reporter itu kita bisa rasain musim ekstrim dalam satu hari," Memang terkadang saat liputan bertemu dengan orang-orang yang tidak bisa saya bayangkan. Awalnya saya anggap mudah,tetapi ternyata susah, kirain berjalan lancar, eh rupanya ribet. Tetapi saya selalu berdoa semoga selalu dilancarkan oleh Yang Punya Hidup. Seperti hari ini, saya meliput tentang pesepeda dari Malaysia . Saat ditugaskan, saya agak kesal karena saya sudah selesai liputan hari ini. Tetapi saat saya bertemu dengan Pak Acid dan Pak Johari warga Malaysia dan disambut dengan hangat kekesalan saga hilang. Ditemani orang pribumi Pak Tasman, saya...