Skip to main content

Posts

Hari-Hari yang Terasa Kosong Tapi Tetap Jalan

Sudah tiga hari gue ngerasa hampa. Rasanya kosong banget. Kemarin lusa, gue bahkan udah masuk kerja, kerja dengan serius, pengin cepat-cepat pulang, dan rasanya overwhelmed banget. Tapi entah kenapa, walau gue ngerasa kosong begini, gue tetap bangun. Gue tetap kerja. Tetap makan. Dan walau kecil, gue rasa itu butuh sebuah keberanian. Gue gak tahu kenapa. Tapi gue ngerasa kosong banget jadi manusia beberapa hari ini. Setiap kali kayak gini, gue selalu menghela napas panjang, mencoba nulis apa yang gue rasain. Kadang gue tulis kayak cerita, tapi malah bikin gue makin lesu. Gak tahu mau ngapain. Gue cuma pengin baring. Baca cerita-cerita gue yang udah gue tulis. Gue juga lagi gak sedih. Tapi juga gak bahagia. Gue bahkan gak pengen buka media sosial. Gak pengen lihat Instagram, TikTok, atau YouTube. Gue kayak kehilangan arah. Seperti gak punya tujuan. Hidup gue diem, tapi waktu jalan terus. Tadi malam sebelum tidur, gue coba bersih-bersih ka...

Refleksi Diri

Beberapa waktu lalu, saya berada di titik di mana hidup terasa seperti berjalan tanpa arah. Setiap pagi, saya bangun dengan rasa lelah, meskipun tidur cukup. Saya menjalani rutinitas pekerjaan tanpa semangat, dan semuanya terasa hampa. Di satu sisi, saya merasa beruntung memiliki pekerjaan yang stabil. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang terus mengganjal di hati saya. Suatu pagi, saya bangun dengan kesadaran bahwa ada yang salah. Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar bahagia? Apa ini yang saya inginkan dalam hidup saya? Dua pertanyaan sederhana ini terus menghantui pikiran saya, terutama di saat lelah setelah menjalani hari yang penuh tekanan. Saya tahu, saya perlu melakukan sesuatu—mencari jawaban dari kebingungan ini. Ketika Rutinitas Membuat Saya Kehilangan Arah Rutinitas harian saya adalah salah satu hal yang paling saya andalkan. Namun, perlahan saya menyadari bahwa rutinitas ini juga membuat saya lupa untuk menikmati hidup. Saya terlalu fokus pada pekerjaan ...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...

Sudah Sebulan

  Sudah sebulan, tapi aku masih suka membaca history chat kita di handphone. Sudah sebulan, barusan ibumu menelponku. Aku sudah lama sekali tidak bicara dengannya. Ibumu memulai dengan ‘Kamu baik-baik aja?’ ‘Baik, semua, baik,’ kataku. ‘Masa?’ tanya ibumu. ‘Iya,’ kataku. "Kami semua kangen sama dia’ kata ibumu. "Kangen banget.’ "Sekarang dia udah punya hidup yang baru, kamu juga bisa memberikan hidup yang baru untuk diri kamu. Kamu bisa menolong dirimu sendiri.’ Aku ingat kalimat ibumu ini mirip dengan yang kamu ucapkan. Aku ingat kita berdua selesai menonton Avengers kedua kalinya, lalu kamu membuang plastik minum di tempat sampah.  Lalu, masih terbawa action film tersebut, aku berkata kepadamu, ‘Kapan pun kamu dalam bahaya, aku pasti tolongin kamu.’ Kamu malah menjawab, ‘Coba aku mau tanya. Kalau misalnya kita keracunan nih, penawarnya cuma satu. Kamu mau kasih ke siapa obatnya?’ Aku jawab dengan yakin, ‘Ke kamu lah.’ Kamu malah tertawa. ‘Aku gak mau. Aku mau kamu meno...

When God Takes You Back

  Almost one month. I'm finally ready to talk about it. Writing has always been a way of escape for me in the past, penning all of my dark thoughts so I could live in the light of day. It was not what I thought I was getting a call for on a Sunday morning.  Y et we only met a week ago. We talked. We hang out together.  Y ou left without a word. At that time, mostly, I just felt numb. Physically, I was there, but I didn’t feel here mentally. I worked and I studied for my postgrad classes. But I was not okay. I didn’t know how to deal with grief. I didn’t know how I was supposed to feel.  We were together for 17 years. We bonded over our love for talking, our similar music tastes, and our perfectionism. We would talk for hours about the most mundane things or serious life decisions. We were so alike that sometimes we would argue and get into spats, but we always made up. I don’t know what to say to explain how much it hurts and confuses me that you left so easily. It’s...

Kuliah di LSPR Communication and Business Institute adalah Pilihan Fleksibel

​Saat ini, saya tengah menjalani perkuliahan pascasarjana di jurusan Magister Business and Communication Management. Awalnya, saya bermaksud untuk kuliah di jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), atau Bina Nusantara (Binus). Namun, keterbatasan seperti jarak karena saya tidak tinggal di Jabodetabek dan belum adanya kemungkinan perkuliahan online di ketiga kampus tersebut membuat saya mencari alternatif yang lebih fleksibel. Akhirnya, pilihan jatuh pada LSPR Communication and Business Institute yang menawarkan metode blended learning . Menarik, bukan? Di LSPR Communication and Business Institute, menawarkan metode blended learning. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan saya untuk belajar dari mana saja, tetapi juga memastikan bahwa saya tetap terhubung dengan dosen dan sesama mahasiswa. Mengapa Pilihan Jatuh pada LSPR Communication and Business Institute? Karena saya percaya bahwa manajemen bisnis dan komunikasi merupakan dua pilar ...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...

Ketika Duduk di Depan Jendela

Di sudut yang sepi di Starbucks, hari itu aku duduk seorang diri. Hanya aku, gelas Green Tea Latte yang menghiasi meja, dan ketenangan malam. Sebelumnya, aku telah menjelajahi dua mal dalam upaya mencari buku yang tak kunjung ditemukan. Saat akhirnya sampai di sini, yang kupanggil sebagai 'mall tempat orang selingkuh.' Namun, tidak bisa disangkal bahwa dalam sepi, ada ketenangan. 😄 Duduk selalu di meja yang sama, menghadap keluar jendela, aku membiarkan mataku melihat mobil-mobil yang berlalu begitu cepat. Pikiranku yang kerap kali berkecamuk kini menjadi damai. Mungkin memang begitulah adanya, aku seringkali datang ke sini, sendirian. Saat aroma Green Tea Latte pertama kali menyentuh hidung dan rasa hangatnya melalui bibirku, pikiranku mulai melayang. Tahun ini, rasa syukur yang besar tumbuh di hatiku. Ada banyak kebaikan yang datang dalam hidupku di tahun 2023 ini. Saya belajar untuk tidak hanya fokus pada sisi negatifnya. Saya merasa beruntung. Dan itulah pelajaran yang say...

Mengapa Saya Resign?

  Saya pindah ke Pekanbaru, Riau tepat tiga bulan lalu. Pekanbaru cukup beda dengan Pangkalan Kerinci, kota tempat saya berkarir selama kurang lebih tujuh tahun. Bisa dibilang, tidak terlalu banyak perbedaan antara kedua kota ini, hanya dari fasilitas saja. Jadi bagaimana saya bisa kembali ke haribaan tanah kelahiran saya? April 2023, 7 bulan lalu, saya dihubungi oleh HRD sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Betul, RS Awal Bros Group melalui linkedin. Isinya, apakah saya sedang open opportunity . Setelah mengalami karier “prestisius” saya di APRIL Group (part of RGE Group) selama tujuh tahun sejauh ini, dan dikelilingi oleh rekan-rekan kerja dari berbagai negara, suku, agama dan latar belakang, fasilitas yang bagus, serta banyak benefit baik lainnya, saya mencoba untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun penuh resiko secara pribadi dan professional, pada May 2023, saya pun menyetujui untuk bergabung pada bulan July 2023. Hati saya penuh harapan, siap untuk merangkul perubahan ...

Badminton, Nostalgia '90an, dan Iqbaal Ramadhan: Sebuah Perjalanan dari Kegelisahan Menuju Kepuasan Hati

Bored, down, and feeling like life's a hot mess?   Salah satu cara kita keluar dari kondisi mental yang sedang down adalah mencari hal-hal baru yang membuat kita senang. Sejak 2021, saya menggunakan cara ini supaya menjadi selalu waras. It's the chaotic year of 2021, and the darn pandemic has got everyone going bonkers, including yours truly. With lockdowns keeping us cooped up, life started off all hunky-dory, but soon enough, it became as dull as dishwater.  Kemudian mulai berpikir untuk mencari formula yang tepat untuk mengusir semua perasaan dan pikiran yang kacau ini. Secara tidak sengaja, saat itu saya sedang isolasi mandiri karena ada kontak dengan rekan kerja yang terjangkit virus ( thanks to a brush with the Voldemort virus – shh, don't mention its name ) ini, saya menonton Olimpiade badminton. Ceritanya ada di sini sebelumnya. Sejak itu, saya menjadi aktif bermain badminton hingga sekarang. Di tempat kerja, ada turnamen antar karyawan, saya pun bisa meraih runner ...

Reclaiming Connection and Joy in Adult Life

Yeah, I've just realized it's been ages since I've had a good chat with someone. It's mostly just work-related talk during meetings or brainstorming sessions. I really miss having a yarn about random stuff and having a good laugh about life. After givin' it some thought, heaps of things have changed. Adult life is pretty simple, ya know? Monday to Friday, it's all about workin', and on the weekend, all I wanna do is sleep, do some sports, play music. A nd when I'm on holiday, I mostly just chill out in one place and watch people passin' by. Do I need to go back to school to be more productive? Ahahahaha Actually, it's not really what I need, you know. You guys already know, hahaha. Right now, the song that fits this phase is Depeche Mode, Somebody.

Jauh Berlayar dari Malaysia ke Sumatera Barat

Dalam sebatas ini, saya telah jauh berlayar, ke Malaysia dan Sumatera Barat, rasa hati ingin terobati. Aku menduga liburan ini dapat membenahi mood yang berkecamuk. Namun, ternyata pikiran kacau masih membelenggu. Pikiran terjebak, dri merasa tak aman, pikiran-pikiran aneh menguasai dan pikiran negatif pun menyusup ke dalam sudut hati. Kini, malas menghadirkan instastory, bahkan tak tertarik untuk melihat yang lain. Hanya TikTok, video D.I.Y dan cuplikan film yang saya saksikan.  Mall tak lagi menarik, malas melangkah ke luar rumah. Saya hanya merunduk di rumah dan netflix jadi teman. Fase ini tak terasa nyaman, penuh dengan kekesalan dan marah yang bergelayut.  Kini saya merasa memikul beban berat, energi terkuras tak tersisa. Namun hari-hari saya jalani seperti biasa, hanya pikiran tak berguna yang hinggap di kepala. Dalam perjalanan ini, ada satu hal lagi yang ingin saya coba. Mengistirahatkan pikiran, menyelesaikan rasa di dalam diri. Biarkanlah pikiran beristirahat, ...

Pindah Kamar Baru: Petualangan Lucu Mencari 'Space' di Antara 6 Kardus dan Fakir Wifi!

Hampir satu bulan saya pindah ke kamar baru. Ruanganya tidak terlalu besar, cukup untuk sendiri dan barang-barang saya (sebenarnya tidak, karena ada 6 kardus dikirim ke rumah, karena barangnya tidak digunakan). FYI, perusahaan tempat saya bekerja memang menyediakan fasilitas seperti mess untuk karyawannya. Sangat nyaman, karena semuanya ada dan gratis. Awalnya saya hanya membawa 1 koper baju hehehe. Kamar sebelumnya sangat nyaman, sharing dengan roommate , luas dan wifinya nyampe. Jika dibandingkan dengan kamar saya sekarang, kamar single, tidak terlalu luas, wifinya tidak nyampe (Sekarang jadi fakir wifi), beberapa minggu ini saya bangunnya telat tidak seperti biasanya, tapi saya cukup happy di sini, lebih berasa me time , overthinking , bermain musik, mungkin ada rencana saya akan bikin konten. Sebenarnya, udah lama pengen pindah ke kamar single , cuma saya selalu overthinking: "Apakah nanti barang-barang saya muat?" "Apakah saya akan nyaman nantinya di kamar baru?...

Kelola Emosi dengan Gaya Unik ala Power Ranger!

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan kabar yang kurang baik. Kali ini saya reaksinya sedikit berbeda dari biasanya. Saya berhasil mengelola emosi saya dengan baik yang biasanya saya langsung terpapar energi negative . Tetapi kali, reaksi saya lebih baik daripada sebelumnya. Saya jadi sadar, semua ini adalah hasil dari belajar mengenai aksi dan reaksi, ceramah-ceramah kehidupan, baca buku self improvement .  Secara tidak langsung, saya menerapkan apa yang saya lihat, dengar, rasakan (waduh, kayak lagu Sheila on 7 ya). Jika mendengarkan sebuah berita atau informasi, pilihan itu ada di diri saya sendiri dalam memilih, apa mau baik, apa mau buruk. Selalu ada sisi siang, ada sisi malam. Ada sis baik, ada sisi buruk. ada hitam, ada putih. Ada tinggi, ada pendek. Ada bagus, ada jelek. Ada orang kerap hanya melihat sisi buram, ada yang selalu melihat sisi optimis. Ya benar, Dunia memang tak adil. Bahkan, sehebat-hebatnya pencipta lagu, pasti kalah tenar dibanding penciptanya. Hai-hai ...

Cara Selesaikan Masalah Dalam Hidup

Kita pernah merasakan diri kita hancur berkeping-keping, pernah merasa kosong, pernah kehilangan arah, pernah patah hati. Namun, hidup harus terus berjalan dan terkadang membawa kita lebih jauh tanpa sadar. Biasanya, I  go into survival mode and Safe Mode with limited capability and access . Untuk itu, saya m enyelami diri sendiri - introspeksi dan menganalisis diri. Saya menulis keresahan tersebut. Menulis point demi point . Secara spesifik. Kemudian menuliskan solusinya. Kadang-kadang saya bahkan tidak menemukan jawabannya.  Tak jarang, saya juga memikirkan hal-hal yang membuat saya senang. Pandji Pragiwaksono pernah bilang kalau kita bisa ngelewatin masalah-masalah hidup  yang berat karena ternyata masalah hidup kita akan selesai pada akhirnya, walaupun tidak dengan cara yang kita inginkan. Kita semua punya masalah hidup yang berbeda- beda, berat atau tidaknya juga berbeda-beda bagi setiap orang, tapi tugas kita itu cuma satu, BERTAHAN. Begitulah caranya.

Mengatasi Kebiasaan Buruk dan Depresi: Temukan Solusinya melalui Hubungan Tubuh, Interaksi Sosial, dan Menulis

Temukan cara-cara praktis untuk mengatasi kebiasaan buruk dan depresi melalui tiga aspek penting: hubungan dengan tubuh, interaksi sosial, dan menulis. Dalam obrolan dengan seorang terapis, kita akan mengeksplorasi pemikiran inspiratif tentang bagaimana meningkatkan kualitas hidup dan menemukan arah yang benar. Obrolan dengan seorang terapis dapat menjadi sumber inspirasi dan bantuan yang berharga bagi mereka yang merasa tidak dalam kondisi yang baik. Dalam obrolan tersebut, terdapat beberapa pemikiran menarik tentang bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan kita. Kebiasaan buruk dan kurangnya disiplin seringkali menjadi hambatan dalam hidup kita. Namun, jika kita mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan, kita akan bekerja dengan semangat. Sayangnya, seringkali kita merasa bingung tentang langkah apa yang sebenarnya harus kita ambil. Ketika kita merasa tidak memiliki arah hidup atau bingung tentang langkah apa yang harus kita ambil, seringkali kita jatuh dalam perangkap depresi. ...

Vindest Jalan Keluar Kecemasan Finansial

Beberapa bulan belakang, otak saya penuh dengan bagaimana menambah income. hahahah. Kekhawatiran akan masa depan finansial berseliweran di kepala. Melihat tabungan yang ternyata tidak sebanyak saat pandemi membuat saya sering gusar. Padahal tidak membeli apa-apa. Kok bisa ya. rasanya menabung tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Meskipun, tidak ada kebutuhan tambahan, tidak ada hutang, ya paling menyenangkan kakak dan keponakan sesekali. SSaya pikir dan kemudian cari-cari info ternyata saat harga BBM naik, semua komoditi juga naik. Ya apa boleh buat, dunia memang seperti itu. Mungkin inilah yang membuat saya gusar. Ditambah, tanpa sengaja mengkonsumsi content yang menceritakan tentang ketakutan akan finansial. Gak nyari juga, tapi nongol aja gitu. Thx you lho algorithma. Kegusaran itu berada di otak saya sampai tidak membuat tenang. Kemudian, saya mencari jalan keluar dengan menonton hal-hal yang lucu dan tidak terlalu berat.  Saya menonton video-video Vindest yang belum saya ton...

Merenung Dalam Keheningan di Wisata Bono

Sekarang saya sedang berada di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, tempat ditemukannya gelombang Bono karena ada sebuah pekerjaan. Di tempat ini saya banyak merenung. Merenungkan banyak hal. Merenung bukan tanpa sebab, tapi karena tidak ada yang mesti saya lakukan, listrik mati, sinyal hilang. Mati gaya. Saya menulis ini ditemani cahaya hp dan hening sekali. Sebelum listrik mati, saya melihat video TikTok kakak saya, saya baru menyadari bahwa saya sudah banyak kemajuan, sudah bisa merantau, hidup mandiri. Tidak menyangka saya sudah berubah banyak sejauh perjalanana diusia 20an. Proud of myself. Kedua almarhum orang tua saya pasti bangga, sudah banyak hal-hal yang dulu sulit saya lakukan, saat ini bisa, bahkan sudah bisa diandalkan oleh keluarga. Semoga pencapaian-pencapain lebih juga mengikuti. Baru satu, ternyata setelah dipikir-pikir saya bisa melewati masa-masa ‘sulit’ dengan cukup baik. Ya walaupun suliiiiiit sekali. Melewati hal-hal yang tidak pernah saya rasakan. Emosi terendah d...

I LOVE MONDAY AND ALONG THE WEEK

Besok sudah Senin lagi, kerja lagi. Padahal tidak jarang Sabtu-Minggu juga kerja. Tapi, entah kenapa feel hari Senin itu beda . Hari ini pun saya mencoba untuk mencari formula agar tidak malas menyambut Senin. Saya bangun siang, saya makan enak, saya baca buku, baca berita Xi Jinping dikudeta, konser Westlife, keributan akibat gula di Es Teh Indonesia dan meditasi untuk mengatasi overthinking dan kecemasan. Jadi gimana? Sedikit okelah rasanya. Hehehe Kemudian saya berpikir, kenapa sih orang banyak membenci hari Senin? Apa karena hukum Newton 3? Semua benda akan bergerak jika mendapakatkan gaya gesek. Jadi semua usaha yang baru dimulai akan lebih berat, semua yang berhenti lalu mulai lagi juga akan lebih berat. Benar juga ya. Senin-Jumat bekerja terus tanpa ada istirahat, terus weekend istirahat, eh Seninnya mulai lagi. Jadi gimana dong mengurangi efek I Hate Monday ini? Sepengalaman saya, walaupun seringkali memikirkan hari Senin yang berat, saya berpikir apa nih, seminggu ini kerjaann...