Skip to main content

Refleksi Diri


Beberapa waktu lalu, saya berada di titik di mana hidup terasa seperti berjalan tanpa arah. Setiap pagi, saya bangun dengan rasa lelah, meskipun tidur cukup. Saya menjalani rutinitas pekerjaan tanpa semangat, dan semuanya terasa hampa. Di satu sisi, saya merasa beruntung memiliki pekerjaan yang stabil. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang terus mengganjal di hati saya.

Suatu pagi, saya bangun dengan kesadaran bahwa ada yang salah. Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar bahagia? Apa ini yang saya inginkan dalam hidup saya? Dua pertanyaan sederhana ini terus menghantui pikiran saya, terutama di saat lelah setelah menjalani hari yang penuh tekanan. Saya tahu, saya perlu melakukan sesuatu—mencari jawaban dari kebingungan ini.


Ketika Rutinitas Membuat Saya Kehilangan Arah

Rutinitas harian saya adalah salah satu hal yang paling saya andalkan. Namun, perlahan saya menyadari bahwa rutinitas ini juga membuat saya lupa untuk menikmati hidup. Saya terlalu fokus pada pekerjaan dan tenggat waktu hingga lupa melakukan hal-hal yang dulu membuat saya bahagia.

Ada saat di mana saya merasa seperti robot—bangun, bekerja, makan, tidur, dan mengulanginya lagi keesokan harinya. Apa sebenarnya yang saya kejar? Saya tidak tahu. Saya hanya mengikuti arus, berharap suatu hari nanti segalanya akan berubah dengan sendirinya. Tapi kenyataannya, tidak ada yang berubah jika saya sendiri tidak mengambil langkah untuk itu.


Proses Refleksi Diri yang Membawa Jawaban

Saya mulai mencoba sesuatu yang sederhana: meluangkan waktu untuk refleksi diri. Awalnya, ini terasa aneh. Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Namun, saya memutuskan untuk menuliskan pertanyaan yang terus muncul di pikiran saya:

  1. Apa yang membuat saya bahagia?
  2. Apa yang membuat saya merasa hidup?
  3. Apa yang ingin saya capai dalam hidup?

Saya menulis jawaban tanpa berpikir terlalu keras. Saya hanya membiarkan hati saya berbicara. Hasilnya mengejutkan. Ada hal-hal kecil yang saya sadari telah hilang dari hidup saya—membaca buku favorit, menulis jurnal, atau sekadar duduk di taman menikmati udara segar. Saya juga menyadari bahwa saya tidak puas dengan pekerjaan saya, bukan karena gaji atau rekan kerja, tetapi karena saya merasa tidak ada makna di dalamnya.


Langkah Kecil Menuju Perubahan

Setelah menemukan apa yang benar-benar penting, saya mulai mengambil langkah kecil untuk mendekatinya. Saya tidak membuat perubahan besar, tetapi cukup untuk memberikan ruang bagi diri sendiri:

  • Saya mulai menulis lagi, meskipun hanya satu paragraf sehari.
  • Saya meluangkan waktu untuk berjalan-jalan tanpa membawa ponsel.
  • Saya mengurangi waktu di media sosial, menggantinya dengan membaca buku yang sudah lama saya tinggalkan.

Langkah-langkah kecil ini memberikan saya rasa kontrol kembali atas hidup saya. Meskipun pekerjaan masih menjadi bagian besar dari hidup saya, saya merasa lebih hidup karena saya mulai menemukan makna di luar rutinitas.


Pelajaran dari Proses Refleksi Diri

Saya belajar bahwa menemukan tujuan hidup bukanlah tentang membuat perubahan besar atau menemukan jawaban dalam semalam. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan keberanian untuk menghadapi diri sendiri. Setiap langkah kecil yang saya ambil, seperti menjawab pertanyaan sederhana atau mencoba sesuatu yang baru, membawa saya lebih dekat pada apa yang benar-benar penting bagi saya.

Hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang menikmati prosesnya. Saya masih dalam perjalanan, tetapi setidaknya saya tahu ke mana arah yang ingin saya tuju.


Kesimpulan

Jika Anda merasa hidup Anda tidak memiliki arah, cobalah untuk berhenti sejenak dan lakukan refleksi diri. Ajukan pertanyaan yang jujur kepada diri Anda, dan biarkan jawaban itu membimbing Anda. Tidak perlu terburu-buru. Langkah kecil saja sudah cukup untuk membawa Anda lebih dekat pada kebahagiaan dan makna hidup.


Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...