Skip to main content

PUASA SOCIAL MEDIA

Perbincangan antara dua manusia :

👧 : Aku kok ngerasa susah fokus, susah tidur, sering cemas, ya?
👦 : Lha? kok bisa? Emang lagi banyak kerjaan?
👧 : Engga sibuk-sibuk amat kok. Kenapa ya? apa harus ke rumah sakit? tapi aku gak sakit apa-apa.
👦 : hhhmmm. Atau keseringan lembur kali. Coba kurangi lembur. Gak ada orang kaya karena lembur.
👧 : Ya gimana, namanya juga kerja. 
👦 : Belakangan aku sering lihat socmed kamu update terus. Kenapa? Lagi stress ya?
👧 : Mungkin. Tapi aku ngerasa makanku mulai banyak dan dalam 3 minggu naik sekilo. Aneh.
👦 : Nah, berarti kamu stress. Ya namanya juga kerja pasti ada stressnya. Kalau lagi stress, cerita, jangan dipendam. Itu bahaya, nanti kamu mati ! Minimal nanti kamu gila, mau? Coba deh relaksasi. Luangkan waktu buat diri sendiri, baca Al Quran, lakuin hobi, santai gitu. 
👧 : Kan udah cuti 2 minggu lalu. Tapi masih aja kayak gitu.
👦 : Atau kebanyakan main hp kali. Main sosmed. 
👧 : Kayaknya iya sih. Sering kali aku lihat hp. Gak bunyi pun aku rasa hp ku bunyi. Terngiang-ngiang di telinga.
👦 : Tuh kan. Kebanyakan main hp, liat hp, main socmed. Coba deh Puasa Socmed atau kurangilah-kurangilah paling enggak.
👧 : Bisa jadi sih. Belakangan sering lihat-liat instagram sampe lupa waktu. 
👦 : Tuh !
👧 : Tapi kan bosan kalau gak ngapa-ngapain.
👦 : Bosan juga bisa diobatin sama cara lain. Apa kek gitu.  Coba deh kurangi. Paling bagus puasa sih. Aku udah berapa tahun ya gak pakai socmed? Lupa ah. Tapi yang jelas, waktu gak pake socmed, aku jadi ngerasa nyaman. Kalau lagi pengen ngobrol sama orang, langsung ngubungi orangnya, minta waktu duduk bareng di ruang yang sama. Kalau rindu ngomong langsung, I miss you like I miss the rain. Jadi nikmatin koneksi yang sesungguhnya daaaaaaaan aku bisa fokus buat kerja keras bagai kuda.

---------
Saya jadi ingat waktu saya belajar sosiologi dulu, di zaman yang secanggih ini, seperti yang dikatakan Anthony Giddens, tak ada waktu dan ruang yang istimewa, ruang semakin lama semakin tidak dipakai, maksudnya dalam orang berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak fisik.

Media sosial saat ini lebih banyak digunakan sebagai alat pencitraan diri oleh banyak orang, mereka berdramaturgi, begitu dikatakan oleh Erving Goffman. Membangun citra diri sebaik mungkin dan di share di akun miliknya sendiri dan atau menggunakan buzzer.

Kita semakin pasif, semakin tidak bisa membedakan antara yang nyata atau hanya sekedar tontonan. Kita kehilangan substansi pertemuan yang sesungguhnya, kualitas melebihi kuantitas. Mungkin di masa depan pertemuan di dunia nyata adalah hal yang langka, mungkin.

Ah, tapi saya tidak suka berdrama, apalagi berdramaturgi.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...