Skip to main content

Ready for Run in 2019

Satu hari menuju 2019.
Setahun belakangan, terlalu complicated. Terlalu banyak stress, terlalu banyak mikir, terlalu pasrah.  Jalani saja.

Di tahun 2018 ini saya banyak belajar mengenai hidup dan jenis-jenis manusia yang kurang baik etikanya. Percuma pintar, cerdas, tapi etikanya di kehidupan sosial dan bermasyarakat kurang. Saya masih bermimpi dengan hidup sesuai struktural fungsional, berjalan dengan fungsi masing-masing. Atau mereka memang menjalankan fungsi sebagai manusia yang kurang beretika? Idk.

Tahun 2017 lalu, target di tahun 2018, saya bisa bahasa Inggris. Alhamdulillah, sekarang little bit lah. Tahun depan saya ingin menambah skor TOEFL dan berharap bisa mengikuti IELTS. Lalu ingin lebih mahir public speaking dan menjadi Humas yang cerdas. Sekarang saya mulai buat video untuk kaum millenial, mulai belajar bermanfaat untuk semua orang lewat karya dan memberikan apa yang saya bisa. Tidak lupa, saya belum menggenapi mimpi saya untuk melanjutkan pendidikan master. Mau ambil bisnis atau manajemen. Tahun lalu saya buka website LPDP, lalu mencatat kampus mana yang sesuai. Kalau ditanya mau kemana, jawaban awal saya ingin ke Inggris, kedua Singapore, ketiga SBM ITB. 

Tahun lalu saya dapat penawaran untuk beasiswa ke Rusia, belum full beasiswa tapi... ada beberapa hal yang membuat saya untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan.

Selain itu, yang terpikirkan oleh saya saat ini adalah di tahun 2019 saya ingin menonton konser Harry Styles. wakakakakaka. Semoga tahun 2019 bisa nonton Harry Styles.

Kenapa?
Saya selalu mengikuti 1D sejak dulu. Ketika mereka bubar atau hiatus, saya gak sedih, band sebesar The Beatles aja bisa bubar dan sampai sekarang mereka masih punya pendengar setia. 
Ketika si Harry keluarin album, denger lagu-lagunya ternyata oke punya, genre rock n roll kerasa banget ya walaupun mirip salah satu band dunia juga saya lupa, tapi saya tetap mendengar karya Harry Styles. Wekawekaweka.

rantika.com
Harry Styles saat OTRA bersama 1D di Jakarta 2015 lalu

Well,

Mungkin badai kehidupan masih akan menyerang, kekecewaan datang. Namun, saya harus siap dengan semua itu dengan menyiapkan mental sekuat baja. 

Tapi...
Hidup itu sebenarnya tidak pernah hitam-putih, baik-buruk, rajin-malas, pintar-bodoh. Ini yang memenjara kewarasan kita. Kita terlalu meng-over simplify hidup menjadi label-label dan garis-garis yang tegas. Padahal hidup tak pernah sekaku dan membosankan itu, ia cair dan bergaris putus-putus. Kita bisa jadi apa saja. Tak harus hitam, tak harus putih, tak harus baik, tak harus buruk. Kita bisa jadi keduanya atau campurannya. Kita bisa baik dan jahat sekaligus. Sejak dulu begitu, kita aja yang sering lupa dengan kenyataan sederhana itu.

I will never look back now.
I'm ready to run.

Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...