Sekarang saya merindukan bagaimana Raditya Dika mengocok perut saya ketika masa sekolah. Saya rindu bagaimana Coelho membuat bingung kemudian memotivasi hidup. Saya rindu bagaimana Murakami menemani kesendirian saya.
Tiga penulis itu adalah penulis favorit saya. Diusia remaja saya gemar membaca Raditya Dika. Namun sekarang, setelah saya baca bukunya kembali, perasaan menggebu tidak seperti saya membacanya ketika tahun 2006 sampai 2011. Mungkin waktu itu saya memasuki umur 20. Umur menuju pendewasaan. Namun saya tetap menikmati karya-karyanya hingga sekarang.
Lalu, berbeda dengan Paulo Coelho, cerita-cerita perjalanan hidup yang memberikan semangat juga tidak terlalu menggiurkan ketika membacanya sekarang. Ketika saya membaca The Alchemist, saya begitu bersemangat. Namun ketika membaca Adultnya, saya malah tidak menemukan perasaan yang sama seperti membaca The Alchemist, Aleph dan lainnya.
Haruki Murakami. Penulis yang hobi lari ini membuat saya jatuh cinta dengan watanabe dalam bukunya Norwegian Wood. Saya masih menikmati buku-buku orang Jepang ini.
Dibalik semua itu, saat ini kegairahan membaca buku saya mulai berkurang. Saya pun tidak tahu mengapa demikian. Saya seperti kehilangan hal-hal kecil dalam hidup.
Banyak buku yang belum selesai dibaca. Tetapi setiap ke toko buku selalu menambah bacaan baru.
Comments
Post a Comment