Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2015

Menonton Televisi

Sudah tiga kali saya tertidur didepan televisi. Membentangkan kasur kecil dengan gambar Hello Kitty . Saya putar kipas angin disebelah kiri Televisi, nyaman sekali. Tidak jelas apa yang saya tonton, saya hanya menekan tombol remote tv menggunajan jari di tangan kanan aaya. Saya selalu berhenti di acara yang saya sukai. Tiga hari ini saya menonton The Target , Spiderman , X-Men , Captain America sampai saya tertidur. Ketika menonton, saya menyiapkan cemilan. Kali ini saya memilih makanan asin. Jujur, saya saat ini ingin sekali makan makanan yang asin. Mungkin mengartikan saya dalam kondisi yang tidak baik.  Bukannya saya tidak tahu penyebabnya, saya terlalu tervawa perasaan. Gampang sekali sakit hati. Bukannya saya tidak tahu diri saya sendiri, tetapi sudah banyak perkataan yang dari awal yang menyakiti. Lancarkan semuanya, Tuhan. Sekarang saya ingin menonton lalu tidur dengan nyaman, bangun dengan semangat, walaupun sulit.

Ngeri

Ketidaknyamanan selalu menyertai Langkahpun ingin rasanya terhenti Setiap hari ngeri Pikiran rasanya mati Sakit hati Ayo Semangat lagi Sari

Ada Sesuatu Yang Selesai

Lebih enak menulis saya daripada aku. Entah kenapa, saat membacanya terlihat ramah, renyes. Saya tak pernah menyangka punya sebuah relationship yang complicated sekali setelah kita memilih berjalan masing-masing tanpa kabar. Namun, semesta mempertemukan kita, di rumah saya.. Masing-masing kita tidak membicarakan masa lalu. Pembicaraan masih sama, suka ngalor-ngidul. Suatu malam, pembicaraan serius terjadi. Kita tidak akan bersinggungan lagi, perasaan kita. Terucap dari mulutnya. Kita sudah mencoba saling bersinggungan. Tetapi kita tidak bisa. Entah apa yang membuat kita berbeda. Mungkin agama atau saya yang belum siap. Semua tidak bisa dipaksakan. Kita saling bertatapan, hening tanpa kata, menutup pembicaraan sambil melambaikan tangan . Hati saya bergetar, saya melamun menatap dinding kamar saya. Diam. Saya merasa ada sesuatu yang telah selesai. Yang tak bisa disatukan oleh semesta, bagaimanapun caranya.

Seperti Sekolah Dulu

Kemarin adalah saat-saat aku ingin menyerah. Menyerah karena otak serasa semakin mengecil, perasaan semakin sempit, aku seperti susah bernapas. Apa yang dijalani  tidak gembira, tidak senang, tidak bahagia. Sehingga langkahku menjadi berat. Terasa seperti saat aku sekolah, ketika tidak memperoleh juara kelas, mamakku tak memperbolehkanku main ke rumah depan. Aku masih ingat, peristiwa itu terjadi di depan jendela rumah lamaku, saat itu aku memakai baju merah putih, menangis di kursi di depan jendela. Ah, kangen mamakku. Sampai saat aku menulis ini pun, aku masih dalam posisi yang terombang-ambing mengambil keputusan. Apakah lanjut, tertahan, atau putus hubungan, kekecewaan dingin, dan kebisuan kaku dan menciutkan hati dan nyali. Seperti diserang dementor lagi. Bahkan aku tak tahu kapan akan keluar dari situasi seperti ini. Terima kasih orang-orang yang selalu menyemangatiku, bahkan ketika aku berada di titik lemah. Mengutip kalimat Ariel " Kalian luar biasa,". Semoga Tuhan...