Skip to main content

Bertemu Voldemort

Aduh. Sulit menuliskan apa yang saat ini saya pikirkan. Saat ini saya merasa begitu tertekan. Belakangan saya sering marah, marah dalam hati tepatnya.

Hal yang kecil saja, lansung perasaan fire fire lansung muncul. Misalnya dibangunkan sahur dengan mata di senter, makanan saya diambil abang, di ceramahi karena tidur lambat atau diprotes karena sahur tak cuci muka. Saat itu perasaan saya lansung kesal dan marah. Mungkin perut saya isinya bara api yang sangat membara.

Sekarang Lampu kamar masih menyala. Sambil berpikir,  sekarang saya begitu malas, begitu bosan, merasa frustasi. Apa saya kurang dekat dengan Tuhan?

Saat ini seperti melalui ujian yang lebih sulit dari ujian trigonometri. Seperti melalui banyak tikungan tajam. Di sana banyak paku berserakan, dan saya tak bisa menghindar. Saya seperti bertemu voldemort yang menakutkan itu, tapi saya belum pernah bertemu si kepala botak yang pesek itu. (?)

Saya berpikir bagaimana cara melewati jalan tersebut. Bagaimana hal-hal yang buruk bisa dilalui dengan baik oleh saya tanpa harus berpikir dalam.

Setiap hari saya tidur larut, kadang susah tidur. Berpikir bagaimana melakukan hari esok, bagaimana melakukan itu, bagaimana mengefisienkan waktu.

Biasanya kalau seperti ini saya pergi berjalan sendirian, makan sendirian atau duduk di suatu tempat sendirian, kemudian berpikir ringan atau saya berbicara dengan teman dekat saya tanpa dibatasi waktu yang larut. Tapi sekarang itu sulit untuk dilakukan, tubuh saya lebih memilih kasur. Memeluk guling dengan khusyuk sambil mengotak-atik si ASU..S ini.

Sekarang saya ingin ke pantai, mendengarkan suara ombak, minum air kelapa. Atau saya duduk di kereta sambil mendengarkan forget Jakartanya Adhitia Sofyan dari Jakarta menuju ke Bandung seperti dua tahun lalu. Saya selalu ingat hal itu. MEMBAHAGIAKAN.

BUTUH PENIPUAN DIRI.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...