Skip to main content

Ngomongin Kasur

Apa yang mau saya tulis disini,ya ? Saya bingung. Tiba-tiba pengen buka blog yang isinya gak jelas. Kadang senang, kadang sedih, kadang galau, kadang jatuh cinta. Entahlah. Mulai sedikit membaca, kurang kosakata, padahal kadang ke pustaka, tapi cuma nulis berita, tak ke lantai dua. Ah, sudahlah.

-~~~~

Saat ini tidur bagi saya adalah sebuah kenikmatan Tuhan yang tak dapat didustakan. Setiap hari saya rindu akan pembaringan dirumah. Memeluk guling dengan khusyuk diiringi lagu mellow di kamar gelap. Ah, mantap.

Saya susah bangun pagi. Saya selalu kalah dengan kasur. Alarm hp sudah berbunyi kemudian saya matikan, saya atur waktunya lagi sekitar setengah jam lagi. Setengah jam kemudian berbunyi lagi dan saya matikan lagi, saya atur lagi 15 menit. Setiap hari seperti itu (seperti itu : tiba-tiba ingat stiker Syahrini di Line).

Sekarang saya kepikiran tentang ruang privat. Jadi ingat Jean Baudrillard kalau bahas-bahas ruang privat. Tak banyak yang bisa disembunyikan, termasuk perasaan. Sebagai manusia, setiap orang saat ini kerap menyampaikan perasaannya atau apa yang ia alami ke media sosial. Termasuk saya, sejak blog ini saya buat waktu SMA dulu. Curahan hati yang tak bisa dibendung lagi.

Mau curhat aja sekarang lewat lagu di path. Seolah-olah hidup kita saat ini diketahui orang banyak, kita dimana, sedang apa, melakukan apa, dunia tahu. Ini menakutkan. Saya terbayang film-film detektif. Tiba-tiba ada nomer yang tak dikenal nelpon, trus nyuruh kita buat ngelakuin sesuati, kalau enggak kita mati atau ngeliat orang lain mati.

Kalau gak pakai medsos, gak up to date, kuno, serasa hidup di zaman klasik. Ketinggalan apa yang sedang mainstream, apa yang sedang hangat diperbincangkan.

Jadi aku kudu piye????

Aduh, kan ngawur gak jelas, mungkin kurang tidur, mari tidur. Semoga bangun dengan bahagia, udah jam 12 lewat.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...