Skip to main content

Bercerita Tentang Sepi

Dari tadi saya mengetik, kemudian menghapus, mengetik lagi, kemudian menghapus lagi. Yang saya tulis maksudnya cuma satu, tentang rasa sepi dalam diri manusia.

Entah mengapa saya begitu susah menuliskannya. Sama seperti saya saat buang air besar kemarin. Susah dan butuh usaha keras. Maaf analogi saya sedikit jorok, itu sekarang yang ada dipikiran saya.

oke here goes :

Saya mengerti mengapa Tuhan menyusupkan rasa sepi ke dalam diri umatnya, ternyata untuk mendekatkan diri denganNya. Mungkin sebagian diantara kita termasuk saya, hanya mengingat Tuhan ketika kondisi jiwa atau mood kita sedang tidak baik. Misalnya, masalah yang sedang kita jalani terasa berat, sehingga mengakibatkan pikiran suram dan perasaan gelisah, tapi tidak basah.

Walaupin kita mempunyai seseorang yang selalu ada buat kita, tetap tak bisa menghapus rasa resah dan gelisah yang ada dipikiran dan hati kita. Padahal kita sudah menceritakan apa yang kita rasakan, tapi itu tak cukup membuat kita lega.

Bebeda, ketika kita berdoa kepada Tuhan, perasaan dan pikiran yang suram tersebut hilang seketika. Itulah yang selalu saya rasakan.

Sebagai makhluk ciptaannya, terkadang saya sering lupa kewajiban saya, tapi Tuhan tidak pernah lupa apa yang saya inginkan dan saya butuhkan. Dari sekian juta doa saya ketika kecil, beberapa dikabulkanNya. Tapi saya saat ini masih sangat sangat kurang bersujud dan beribadah kepadaNya.

Setelah saya baca kembali, tulisan saya yang ini terdengar semacam pengakuan dosa, dan kekesalan saya terhadap diri saya sendiri. Saya memang dalam kondisi yang tak baik. Terlalu banyak volume tekanan dari berbagai penjuru. Membuat hati tak tenang.

Sudah dua hari ini saya bertemu dengan orang-orang yang pernah ada di kehidupan saya di masa lalu lewat sebuah mimpi. Orang-orang yang pernah dikatakan spesial. Saya tak ingat mimpinya bagaimana, yang saya ingat hanya bermimpi bertemu mereka, sesederhana itu.

Padahal saya sebelum tidur tak oernah berpikir tentang mereka, setelah mimpi ini barulah saya memikirkan, apasih maksudnya. Kenapa kok bisa dimimpiin gitu ya?

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...