Ada hal yang mengganggu ketenangan saya sekarang. Ada
beberapa pertanyaan yang mengganggu, membuat kesal. Pertanyaan seolah-olah
cepat lulus tidak ada gunanya. “buat apa lulus cepat kalau akhirnya nganggur
juga?”. “Ngapain harus di Pekanbaru, Pekanbaru enggak berkembang”. “enggak bosan nganggur?”.
Mungkin bagi banyak orang lulus cepat adalah sebuah impian,
bagi saya lulus dengan cepat itu adalah keberuntungan. Saya beruntung
mendapatkan dosen pembimbing yang terbaik, saya beruntung sifat malas dan pesimis
saya hilang ketika saya mengerjakan skripsi, saya beruntung diberi kesempatan
untuk mendaftar wisuda yang kala itu sudah tutup, saya beruntung bisa
membahagiakan Bapak saya, melihat anak terakhirnya yang ia besarkan 7 tahun
sendiri dapat lulus dengan cepat. Bagi saya yang paling penting dari semua itu
adalah bagian terakhir dari lulus dengan cepat. Lulus dimana saat orang tua
berbahagia setulus-tulusnya untuk anak yang dibesarkannya dengan keringat dan
air mata.
Banyak teman saya ketika lulus kuliah, bahkan ada yang
sebelum lulus sudah mendapatkan pekerjaan. Saya hingga menuliskan ini saya
masih dengan status ‘bebas’. Saya bukan tidak berusaha, saya berusaha. Saat ini
saya masih memikirkan perusahaan yang memanggil saya untuk bergabung, pekerjaan
yang saya idamkan, tetapi saya dengan berat hati menolak, karena saya tidak
mendapatkan izin orangtua. Saya mengikuti kehendak orangtua saya, saya tidak
pergi. Tante-tante saya juga bilang jangan pergi, temani Bapak. Saya mengerti,
mungkin ketika saya tetap memaksa untuk pergi, mungkin beliau akan merasa sepi
dan sedih. Saya tidak tega melakukan itu, saya tidak memaksakan kehendak, saya
merasa terlalu jahat untuk seperti itu. Karena selama ini tidak terhitung apa
yang Bapak dan keluarga saya berikan dan lakukan untuk hidup, khususnya
pendidikan saya.
Seiring saya masih berusaha, hari-hari “bebas” ini saya
merasa waktu saya tidak terhimpit dan weker yang berteriak untuk sementara
waktu. Untuk sementara waktu, saya tidak menjadi buruh, atau budak, atau kelas
menengah memakai blazer yang tetap saya budak. Asal waktu mati dan siang
terisi, pagi terkesan sibuk, dan malam dapat tidur dengan pulas. Dan sementara
waktu ini hanya menjadi diri sendiri, mengenal diri, mengenal alam. Tentunya saya terus berusaha mendapatkan hal-hal yang dituntut
oleh sistem, masyarakat dan hidup. Semoga fase ini cepat berlalu.
0 comments:
Post a Comment