Skip to main content

Pindah Hati

Udah lama banget gak ngeblog, udah bersarang laba-laba aja.hahaha
Terakhir gue ngeblog di blog gue yang agak serius tapi gue baca ulang tulisannya, gue sadar, menulis gue buruk.

Belakangan ini gue galau, baru kali ini gue galau karena kuliah. Semester ini gue mau tidak mau harus wajib seminar, soale jatah kuliah gratis gue tinggal 3 semester lagi. Semester depan skripsi semester depannya lagi wisuda, mohon doanya ya teman-teman terkasih. Gue udah dapat tempat untuk meneliti, tapi ya gitu, barusan gue dapat email kalau lembaga mereka di tahun in sedang meningkatkan ISO, jadi pelayanan untuk mahasiswa untuk melakukan penelitian belum bisa, padaal surat pra- riset gue udah keluar dari kampus. Jadi kudu piye ? Kayaknya gue harus nongkrong lagi di toliet rumah gue, kebanyakan disana banyak datang inspirasi. Dan ini benar adanya.

Gak terasa sekarang udah semester 6 aja, gak terasa udah mau habis teori, gak terasa umur gue bakalan nambah tua. Waktu emang cepat banget berlalu ya, semakin kesini gue nambah males buat kuliah, gak seperti awal-awal dapet beasiswa dulu hahhahhaha, tepatnya di semester 3. Udah jarang baca buku, kerjaan gue nyari buku, buka daftar isi, cari isi yang pas, trus lupakan. Trus masih banyak buku gue yang belum gue baca dan juga tidak lupa, masih banyak yang belum balikin buku dan novel gue.hahahha tolong balikin dong teman-teman gue yang terkasih.

Waktu emang cepat berlalu, tapi kalau masalah hati, waktu itu bahkan mungkin lamaaaa banget berlalunya, khusus yang susah "move on". Bagi gue, pindah hati itu gampang, cari aja yang baru, jangan bertemu atau bersinggungan lagi sama hati yang dulu. Eh tapi kalau dipikir-pikir, hati emang gak bisa pindah, hati itu dibuang kalau udah busuk dan di tanam kembali hati orang lain ke dalam tubuh, contohnya Pak Dahlan Iklan. Disini gue bisa menyimpulkan kalau kita susah buat pindah hati, itu berarti hati masih segar dan belum membusuk, kita masih memelihara rasa yang kita miliki sama orang terdahulu, masih memikirkannya, Busukin aja dia di hati kita trus kita buang, kita ambil hari (donor) orang lain. Tapi tetap dengan cara yang sopan, tidak menikung ya, jangan sampai ada korban yang tersakiti di tikung.

Tapi kalau belum bisa memindahkan rasa yang di hati, ya udah, nikmatin saja prosesnya. Nikmati seperti menyeruput kopi yang baru diseduh dan tidak bergula. Itu sih resiko, kata dosen gue hidup itu punya resiko, nikmatin aja seiiring berjalannya waktu, itu proses. 

Ngomongin liburan kemaren, fotonya ada di instagram Gue "reebastian".  

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...