Skip to main content

Kegalauan Akan Masa Depan

Gue lagi di perpus kampus gue, FISIP, biasanya sih gue ngelakuin hal yang amat tidak produktif menurut bapak gue yaitu nonton kartun, konser, stand up comedy di ... yuotube. Hehehe. Lumayan manfaatin fasilitas yang ada di kampus gue, WIFI-an, biasanya kenceng banget, eh sekarang tiba-tiba lelet pisan. 

Sekarang gue jarang banget ngenet pake pc, apalagi di rumah, karena pulsa modem yang ada di rumah gue mahal banget kalau ambil paket unlimmited, itupun gak kenceng, hah, maaf gue mengeluh. 

Belakangan ini sering banget kepikiran sama hal yang namanya MASA DEPAN. Gue takut banget sama masa depan gue. Gue nargetin semester depan udah harus seminar judul, tapi di semester 5 ini gue masih belum nemuin masalah yang bikin gue tertarik untuk bahas judul skripsi gue nantinya apa, gue ngerasa belum banyak paham apa itu sosiologi, jadinya gue bingung sama hal yang bakal gue skripsiin, udah dikasih berbagai judul, masalah sosialnya, tapi gue gak tertarik sama sekali.

Trus, gue bingung mau kemana kalau gue lulus nanti, gue bingung mau kemana, gue sih ada niat buat ngelanjutin S2, tapi gue bingung sama biayanya nanti, siapa yang bayarin? kalau mau minta ke orang tua atau kakak-abang gue gak enak. Beasiswa? nah itu yang sekarang gue pengen. Gue pengen banget ngelanjutinS2 kalau di luar negeri di Belanda, Australia, atau Singapura hheheh, tapi bahasa Inggris gue masih belepotan sekarang, dan gue sekarang memutuskan untuk les bahasa Inggris di kampus gue.Hehehe.Semoga bisa. Kalau di Indo gue pengen di UGM atau UI hehehe. Gue sih masih ngimpi sama hal itu, tapi disatu sisi gue juga takut, kalau gue gak bisa S2 giamana? gue kerja. tapi gue gak tau dimana gue akan kerja, gue senang sama apa. 


Comments

  1. salam semangat
    sueer persis bgt sama apa yg gue rasain .cuman bedanya lo masih beruntung d lebih bersyukur krn msh ada ortu .gue uda semester limaan juga cuman takut akan ending pasca kuliah nanti.mo ngajar dimana??secara kan kuliah di FKIP.

    ReplyDelete
  2. waaah.. gue bukan kuliah di fkip, gue kuliah di fisip massss, pengen jadi dosen aja hehhee

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...