Lagi demam stand up comedy nih di Indonesia.
Gue gak bisa ngelawak,tapi,gue mau nulisin tentang stand up comedy,menurut yang gue tau sampai sekarang dari sang inspirator gue buat terus ngeblog.Ada penambahan dari gue .hehehhe.Kalo ada yang kurang,mohon ditambah,kalo ada yang lebih,ya sudahlah biarkan saja.Kalo ada yang salah,maklum,lagi belajar.Tunjukilah ke jalan yang lrus.
I’m open for discussion!
I’m open for discussion!
Sebenernya menjadi komedian itu gak cuman bermodal “genetik” dan “bakat” ngelucu aja. Emang sih, ada orang yang punya bakat untuk bisa membuat komentar-komentar bego dan langsung diketawain orang, tapi sebenernya komedi itu lebih banyak ke arah seni dibandingkan science. Nah, seperti kebanyakan seni, teknik-tekniknya bisa dipelajari.
Sesuai dengan namanya, stand-up comedy berarti stand-up (berdiri) di atas panggung, memegang mic sendirian, lalu menceritakan jokes-jokes secara langsung. Hal ini pernah dicoba oleh Alm.Taufik Savalas di acara Comedy Club, tapi gak berhasil karena Beliau hanya menghapalkan cerita-cerita lucu dari buku, bukannya membuat cerita dan personality-nya sendiri. Stand up comedy sangat berbeda dengan menceritakan cerita lucu.
Semua joke itu terdiri dari dua buah kompenen dasar. Pertama setup, yaitu penjelasan dari sebuah joke, bagian dari joke itu sendiri yang tidak untuk ditertawai tapi menjadi sebuah eksposisi atau pengantar dari joke itu sendiri. Setup akan mengarah kepada punch line, ini adalah bagian yang lucu dari sebuah joke.
Contohnya gini
Set-up :
boyband Indonesia itu aneh,aneh,contohnya smash
Punch line
Smash pake baju,belahan bajunya sampai dada,itu mau nyanyi atau menyusui.
Contoh lain :
SET-UP:
Mereka butuh kacamata yang pas buat ngelihat muka gue
Puch Line:
Setiap mereka ketemu gue,trus ngeliat gue,mereka selalu bilang "hai ganteng".Seharusnya kalimat itu mereka tujukan kepada cowok,bukan cewek.
Gue gak tau kalian mesti ketawa apa gak liat contohnya.
Menurut Raditya Dika, menganalisa hubungan setup dengan punchline sebanyak-banyaknya komedian yang kita tahu, bisa membuat kita jadi semakin tajam membuat joke sendiri.
Menurut Raditya Dika, menganalisa hubungan setup dengan punchline sebanyak-banyaknya komedian yang kita tahu, bisa membuat kita jadi semakin tajam membuat joke sendiri.
Di Amerika sendiri, komedi telah menjadi sebuah industri besar. Mereka berhasil menelurkan komedian-komedian baru yang mengambil perspektif yang sangat unik. Membedah bagaimana American comics (orang yang bekerja sebagai stand up comedian) perform di atas panggung dengan jokes-jokesnya itu sangat menyenangkan.
Gue orang yang percaya semakin banyak stand up comedian yang kita tonton, dan buku humor yang kita baca, semakin tajam insting kita untuk menjadi komedian.
Tapi ingat, tentu aja ada perbedaan mendasar antara mempelajari dengan meng-copy. Yang boleh dilakukan, untuk pembelajaran, adalah menganalisa struktur komedi dan formula komedi yang orang lakukan lalu melakukannya kembali . Dengan itu kita pasti akan punya gambaran jelas dalam menemukan gaya komedi sendiri.
Tapi,gue pengen jadi penulis,penulis apa aja,belum tau konsentrasinya apa.Raditya Dika bilang "Riwayat hidup seorang penulis biasanya adalah juga riwayat hidup seorang pembaca. Ia melahap banyak bacaan, penasaran pada karya-karya yang sudah ditulis orang, dan kemudian menjadi penulis. Pada mulanya mungkin ia melakukan beberapa peniruan (bukan penjiplakan); itu proses yang wajar untuk akhirnya menemukan otentitas.
Sekian
*yang terakhir emang gak nyambung
0 comments:
Post a Comment