Skip to main content

SP itu semester padat

Haillloooooo...
Gue lagi di kampus nunggu sampe jam setengah 3 buat masuk kelas lembaga-lembaga sosial yang jadwalnya padat banget sampai 4 kali dalam seminggu,yaitu hari selasa dan kamis. 1 hari ada 2 kali masuk. Gila bener padatnya jadwal sp ini,mau nyesal udah telat,gue ambil penuh buat sp ini.Jadi gue bsia menarik kesimpulan dari sp ini yaitu SEMESTER PADAT.

Sekarang gue nggak emang,ada 2 berkas buat beasiswa tanoto gue belum gue kirimin,belum gue scan gara-gara gue mesti masuk kelas lembaga sosial dengan Buk Hesti nama dosen gue.Orang jawa.Semoga nilai gue baik.

Dan balik lagi soal semester pendek,di kampus gue,yang sp ini buat yang pengen ngangsur mata kuliah dan buat yang ngulang bagi mata kuliah yang tersedia buat sp. ngerti ? yang terakhir agak susah neranginnya. 1 sks buat yang reguler Rp 50.000,00 kalo yang non-reguler rp 75.000,- .masih tetap dibedakan uang spnya sama kampus gue. Kalo di fekon udah disama ratain buat harga sp,tapi di kampus gue,fisip,masih beda.

Semester pendek ini sepertinya memadatkan waktu,padat banget,ini baru 1 mata kuliah yang udah pasti jadwalnya padat banget.Ya mungkin inilah semester pendek yang padat itu.
Semoga bisa ngejalaninnya dengan baik.

Sekarang gue lagi semangat semangatnya ngampus,semangat banget semangat banget !hahahhaa
Dan gue turut berduka cita atas meninggalnya mama dari adik kelas gue waktu SMA,Intan,semoga almarhumah diberikan tempat yang layak disisinya.amin

Ini cerita ku apa ceritamu ?? 
 

Comments

  1. hahaha
    I like that ree.. emang puyeng banget SP ini, agak nyesel ngambilnya.. tapi ya gimana mau cepet tamat sih.. hahaha
    amin turut berduka cita ya ree..

    _rissa amanila (ndut)_

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...