Skip to main content

Sosiologiku :)

Jumpa lagi sama gue Ree di Blog gue yang cupu banget ini pada malam ini lagi sekali lagi *apasih

Malam ini gue agak sakit pinggang sekarang, nggak tau napa, yang jelas gue rasain itu, dan juga kantong gue juga sakit, kemaren banyak duit, sekarang sepeserpun nggak ada, dasar gue sangat boros, bagi yang baca, jangan dicontoh ya:)

2 hari lagi gue KBM alias kemah bakti mahasiswa yang diadakan oleh IMS alias ikatan mahasiswa sosiologi di HARAU
. Gue geram. Yang bikin gue geram adalah yang nggak ikut lebih banyak daripada yang ikut, hampir seperempat yang nggak ikut, pas daftar nya sih banyak ratusan orang, yang pergi nggak nyampe 70 org, gimana mau bikin yang asyik kalo yang ikut cuma seumprit.Halah halah halah. Gue udah tanya sama orang yang nggak ikut, rata-rata mereka malas, apa yang di malasin coba, kan sekalian liburan.Haha. Itu kalo gue yang belum pernah ke HARAU. Menurut gue di kelas gue itu banyak yang nggak peduli tentang KBM sosiologi.

Maaf gue rada emosi, lagi berapi-api nih nafsu marah gue karena geram. Karena yang ikutan dikit, kalo rame pasti enak.

Gue udah betah di sosiologi sekarang, jadi anak sosial itu enak banget deh, soalnya gue dulu anak eksak hehe tapi bukan semua anak eksak yang apatis, tergantung orang sih, tegantung interaksi dia sama orang lain dan dengan orang sekeliling nya ( ini udah bahas tentang interaksi sosial nih .heheh).

Di tengah nulis , tadi koneksi terputus, nggak tau kenapa, terputus gitu aja, padahal udah banyak yang gue tulis tapi belum tersave di sini.haduh haduh.

Cerita gue udah sampe disini dulu, gue lagi ada yang sakit di badan gue ini. Gue besok mau kuliah dasar-dasar ilmu politik. semoga berlalu dengan cepat kalo bersama si TH. Hidup mahasiswa !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...