Pertama-tama gue pengen bilang gue lagi kesal, listrik dirumah gue mati-mati aja dari tadi. Mau make listrik , apa itu nngidupin televisi, komputer gue, dvd, selalu mati, tapi kali ini gue nggak pengen lagi deh, capek bolak-balik.
Dan gue nanti sore main basket bareng temen-temen SMA gue, sebenernya pengen nolak tapi nggak enak, karena merekalah yang memperkenalkan sama gue basket dan mereka jadi tim pertama gue yang membawa gue jadi pemain basket yang masih sangat kurang . Dan banyak untuk belajar. Karena basketlah gue bertemu dengan sahabat gue dan mereka. Sekalian gue olahraga. Dan tugas gue hampir selesai, gue butuh refreshng otak sekarang.
Gue jarang banget postingan siang hari, maklum, karena inspirasi gue ada pada malam hari, nggak tau kenapa gue harus nulis ini :
Dan gue nanti sore main basket bareng temen-temen SMA gue, sebenernya pengen nolak tapi nggak enak, karena merekalah yang memperkenalkan sama gue basket dan mereka jadi tim pertama gue yang membawa gue jadi pemain basket yang masih sangat kurang . Dan banyak untuk belajar. Karena basketlah gue bertemu dengan sahabat gue dan mereka. Sekalian gue olahraga. Dan tugas gue hampir selesai, gue butuh refreshng otak sekarang.
Gue jarang banget postingan siang hari, maklum, karena inspirasi gue ada pada malam hari, nggak tau kenapa gue harus nulis ini :
Tadi pagi, pas gue bangun jam 9-an gitulah, hehee.Ini hari minggu men. Ada kabar duka dari seseorang yang dituakan di lingkungan sekitar rumah gue. Yang biasa gue panggil Abak. di saat itu pula gue diem lama. It made me think. Ketika salah satu dari orang yang lo kenal meninggal, di saat itu juga kita sadar bahwa, we are not invincible.Sekarang, kematian beliau ini seperti semacam wake-up call bagi gue. Bahwa no, you are not invicible. It could be you. Umur gak ada yang tahu.
Banyak yang datang ngelayat kerumah beliau Bermacam-macam orang dateng ke sana, tapi mereka punya satu kesamaan: they wanted to see his for the last time. Mereka sayang sama abak itu. rangnya baik. Dan beliau ditinggalin sama sang istri sekitar tahun lalu dan juga hari minggu. Memang pasangan yang romantis.
And you know what? Duduk di antara pelayat-pelayat , I can’t help to wonder: gimana ya pemakaman gue nanti? Yes, kadang gue suka berkhayal, seperti apa pemakaman gue nanti. Apa banyak yang datang? Apa ada yang datang? Apa yang mereka bakal bilang tentang gue? Apa kenangan yang mereka inget tetang gue? Apa ada yang rela nyetir mobil, susah-susah parkir, untuk ngeliat gue untuk terakhir kali ya? Apa iya, ada?
Kadang gue ngerasa, kematian adalah topik yang sensitif untuk kita.
Sesuatu yang “ada” tapi selalu kita deny keberadaannya.
Living is constant denying for death.
Sesuatu yang “ada” tapi selalu kita deny keberadaannya.
Living is constant denying for death.
Kita hidup di dunia ini seolah-olah kematian tidak exist. Kita makan, kita bercanda, kita karaoke, kita jatuh cinta. We forget about death. We are too busy with our distraction. But it is there. And when it hits, it hits hard. Gue udah kehilangan nenek gue. Itu sekali. Kehilangan tante gue. Itu dua kali. Gue udah kehilangan mama gue. I feel this sad.
Sekarang , gue ngerasa kecil. Gue ngerasa gue harus make something out of life. Badan ini dipinjamkan. Setiap tarikan napas, adalah satu tarikan napas lagi mendekati kematian. Kita harus ngebuat lebih banyak karya, lebih banyak menikmati hidup, lebih banyak mengambil kesempatan. Hidup ini cuman sekali. Akan sangat sayang untuk kita buang begitu aja. I have to enjoy life.
And, mungkin gue suatu hari bakalan mati, tapi gue pengen ngebuat sesuatu yang enggak bakal mati. Katanya Chuck Palahniuk, “The goal is not to life forever, but to create something that will.” Hidup terus. Dengan apa pun.
Gue juga gak mau dilupakan.
Gue gak mau hanya menjadi semacam nama yang hilang begitu saja.
Gue gak mau hanya menjadi semacam nama yang hilang begitu saja.
Nama yang dipajang di atas semacam nisan, yang mungkin pertama-tama sering dikunjungi,
namun lama-lama semakin jarang. Hingga pada akhirnya hanya menjelang bulan puasa.
namun lama-lama semakin jarang. Hingga pada akhirnya hanya menjelang bulan puasa.
Nama di sebuah nisan yang berlumut. Usang. Bau. Ditakuti orang lewat.
Dan sewaktu hidup, gue gak mau jadi semacam jiwa yang memenuhi bumi ini,
menyesaki kota ini,
sama-sama makan, minum, berak, bicara. Untuk apa?
menyesaki kota ini,
sama-sama makan, minum, berak, bicara. Untuk apa?
Gue mau jadi spesial.
Or, I wan’t to die special.
Selamat jalan abak.
tulisan ini juga pernah gue posting pas Zolafera Zulfikar yang merupakan adik dari temen gue yang gue kaget banget dia pergi. Dan abak itu gue kenal banget, dan baik banget sama gue.Dan terimakasih buat yang gue anggap guru blogger. Gue sangat terinspirasi buat ngeblog dari dia.
Comments
Post a Comment