Skip to main content

4 D dan football

Hmmmm...
Gue kembali nulis di blog gue nih, tadi malam sih nggak sempat soalnya koneksi soak banget, jadinya siang ini deh gue nulis. Beberapa hari ini banyak hal yang terjadi di hidup gue, gue senang, gue sedih, gue lapar.hahahaha
Kuliah gue sekarang lagi nafsu-nafsunya UTS alias ujian tengah semester, Hari Rabu kemaren udah pengantar ilmu politik yang gue sedikit bisa jawab, dan sebagian lagi gue dapat ilham dari samping kiri kanan depan belakang. Besok UTS Pancasila sama Agama. Mudah-mudahan gue di berikan kemudahan dalam menjawab soal yang benar. amin ya Allah.

Kemaren gue liat anak sosiologi bentar main bola lawan natuna fc, hasil skornya 2-2 jadilah, belum lama latian udah imbang,belum kompak mungkin, kalo kompak mungkin bisa lebih dari itu. Karena mainnya di lingkungan tentara, dan kebetulan hari itu hari sabtu, jadi ada penurunan bendera, gue cuma sempet moto yg itu karena asyik nonton, jadi kelupaaan buat ngambil momennya. Tapi ada satu yang gue ambil dari hp kak Revi.

penurunan bendera, jadi harus hormat

Dan gue harus nulis ini.
Kemaren gue pake mitem gue yang sangat amat kotor karena belum di cuci. ( Gue bukan jorok, tapi nggak semept, hahaha) Gue ngadirin acara talk shownya almadani buat ganti asistensi agama karena 2 minggu ini libur. Gue pengen nanya, tapi nggak bisa karena keterbatasan waktu . Jadinya gue nggak nanya. miris.
Gue rada bosan juga sih di auditorium fisip karena panas dan acaranya nggak jelas pas akhirnya, pake ac sih, tapi panas juga. Gue milih keluar duluan dan nyari makan bareng teman-teman gue desti dan nila. Gue juga ketemu sama bang Adi, cerita-cerita, sama kak ince juga, tapi gue seneng ketemu sama ehm, bang Adi itu. hahahahhaa. Asyik aja kalo ngobrol. Nyante sih anaknya. hehehehehe.

Trus lanjut makan di kantin pariwisata, makanannya enak banget loh bre, gue hampir tiap hari makan disana. Mungkin kalo Pak Bondan makan disana, Maknyosssss.hahahaha. Pas pulangnya, teman-teman gue mau minta di tunjukin jalan ke Gramedia, pas sampe di lampu merah dekat SKA mall , temen gue berdua itu ngelewatin lampu merah, gue nggak , tapi gue kena juga, ibab ni polisi , gue nggak ada kesalahan di panggil juga. Gue milih nelpon kakak gue biar gue bisa lepas, gue telpon, dan akhirnya gue lepas, tapi nasib malang menimpa teman-teman gue. Mereka di tilang, dan harus sidang bulan depan. Maaf bre, gue nggak bisa nolong, karena yang nilang kita beda, dan yang bantu gue juga nggak kenal sama polisi yang nilang mereka. Gue disana banyak ngelihat penyogokan, ada bapak-bapak yang mau masang plat mobil sementara dan harus bayar 150 ribu 
yang ada lingkaran merah itu uangnya, sumpah gue nggak bohong
itu uang hasil tilang, nggak tau tuh diserahin apa nggak ke negara
teman-teman gue yang kena tilang
Ternyata kalo nggak ada 4D (duit, daerah, darah, dekat) nggak bisa lolos dari tilangan polisi. Buat pak polisi, jangan makan duit hara lagi, sistemnya harus dirubah lagi deh kayaknya.

hhmmmm gue bingung ma nulis apa lagi nih, segini dulu, makasih yang udah baca, jangan lupa komentari yah :)

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...