Skip to main content

Twelve Science 2 International (part 1)

Inilah kelas gue di kelas 3 atau kelas XII IPA 2 yang bernama beken TV2 (twelve scince international 2).Kelas gue di bina oleh ibuk yang paling baik dan punya kharisma,soalnya asal beliau masuk kelas,kami lansung diam,beliau adalah guru bahasa Inggris di kelas 3 ini,sangat santai belajar dan sangat juga sering nggak belajar dan rajin membahas tentang kelas kami yang terletak di ujung paling terpojok Skolah kami,wah... gak sempat ngambil foto sudut kelas gue nih.

Dan inilah kami ber 39 orang.


foto nih waktu abis pertunjukan suami buat si emakk yang berjalan sukses.gue pake bajumerah yang duduk dibawah sangat gigi gue hancur.

Berlanjut ke ketua kelas kami bernama Ikhbal Muhara yang itam yang suka nyapa guru,prinsipnya,asal negur,poin aku bertambah satu,enggak tau dari mana tuh ketua dapat filosofi yang kek begituan.Dia di gosipkan menjalin hubungan dengan si Lisna bodat yang amat sangat menyukai dia,tetapi setelah gue konfirmasi pada lisna,dia tidak mengakui dan bilang cuma buat have fun aja nyo,dia pengin jadi dokter nih si ketua,tapi daftar teknik kimia di pbud unri,mudah-mudahan sukses deh buat lo bal.

nah,ini foto gue ambil pas belajar life skill,itu tuh,tentang kelistrikan.
Lanjut ke wakil ketua kelas kami yang terkenal sebagai murid paling sopan diantara kelas 3 tahun kami yang diberi nama oleh bapaknya Rahmat Hidayat alias OCU alias DAYEK,terlalu banyak nama samarannya,dikhawatirkan dia adalah rombongan teroris,hahahaha.
Dayek juga Mantan ketua MPK di skolah gue,MAJELIS PERWAKILAN KELAS yang organisasinya diatas OSIS.Dia merupakan anak kos,soalnya dia dulu tinggal di SUNGAI PAGAR, gue nggak tau tuh dimana,yang jelas dia tiap minggu pulang kesana buat ngambil dana BOSnya dia (Bantuan Operasional Seminggu).Doi juga jago akting,selalu dapet peran utama kalo udah nge-drama.Anyway dia pengen jadi guru matematika,smoga berhasil cu..
nih dayek,foto yang diambil ojn sewaktu di sungai pagar.sempat heboh di fb nih.

udah dulu deh,capek nih,tunggu yang berikutnya yah..

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...